160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN

Dihujani Kritik, Menkeu Purbaya Jabarkan Strategi Menyelamatkan Ekonomi Indonesia

Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa saat Raker dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (10/9/2025).
750 x 100 PASANG IKLAN

Jakarta,corebusiness.co.id-Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa menjabarkan strategi menyelamatkan sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekenomi Indonesia, setelah dinilai anggota Komisi XI DPR tidak mempunyai program out of the box.

Dihujani kritikan anggota Komisi XI DPR, Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa akhirnya menceritakan pengalamannya ketika diminta membantu mengatasi kondisi ekonomi  sedang tercekik di masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Program apa yang akan saya buat, kenapa Presiden Prabowo mau menunjuk saya? Apa dia salah tunjuk? Mungkin nggak,” Purbaya mulai menjelaskan programnya sebagai Menteri Keuangan Kabinet Merah Putih saat Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (10/9/2025).

“Jadi begini, saya ekonom sudah cukup lama. Tahun 2000 jadi ekonom, pulang sekolah langsung menjadi financial sector. Tahun 2002, membantu tim think thank-nya Pak SBY, Brighten Institute, sering memberikan masukan,” tuturnya.

750 x 100 PASANG IKLAN

Tahun 2010, lanjutnya, menjadi Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa. Tahun 2019, ketika menjadi Deputi di Kantor Staf Presiden RI (KSP), dia memberi masukan kepada Presiden Jokowi, ketika kondisi ekonomi Indonesia sedang menurun.

“Jadi, bagaimana memenej ekonomi, itu bukan barang baru untuk saya. Ini jangan dibilang sombong, ya. Tapi kan Anda mesti tahu, saya harus meyakinkan Bapak-bapak kan?” ucap Purbaya.

Purbaya menceritakan, saat mengejar gelar Doktor bidang Ilmu Ekonomi di Purdue University, Indiana, Amerika Serikat tahun 1995, kelak ilmunya akan dipakai di Tanah Air.

“Tapi, sebelum pendidikan selesai, tahun 1998 terjadi kiris. Ketika saya pulang,  negara sudah berantakan,” imbuhnya.

750 x 100 PASANG IKLAN

Diam-diam, Purbaya mempelajari faktor penyebab terjadinya krisis moneter di Indonesia.

“Di buku moneter ada pemenang-pemenang Nobel yang bilang bahwa dia mempelajari krisis di tahun 1930 di AS. Dia bilang, bunga (bank) nol tapi masih krisis. Rupanya waktu itu, meskipun bunganya rendah, uang sebagai vitamin di sistem perekonomian negatif. Jadi, ekonominya dicekek,” tukasnya.

“Itu sebenarnya yang melandasi teori utama kebijakan moneter. Jika Anda ingin melihat kebijakan moneter, jangan hanya dilihat dari suku bunga. Dia bilang begitu. Lihat laju pertumbuhan uang primer atau base money,” lanjutnya.

Ia menegaskan, dampak kebijakan moneter amat signifikan bagi perekonomian suatu negara. Menurutnya, tahun 1997/1998, pemerintah melakukan kesalahan fatal. Pada waktu itu Bank Indonesia (BI) menaikan bunga sampai 60 persen lebih, karena untuk menjaga rupiah.

750 x 100 PASANG IKLAN

“Semua berpikir kita melakukan kebijakan uang ketat, maka bunganya ditinggikan. Tapi, kalau kita melihat di belakangnya, apa yang terjadi? Kita mencetak base money tumbuhnya 100 persen. Jadi, kebijakannya kacau balau. Jadi (sebenarnya) mau apa? Mau ketat atau mau longgar? Jika kita melakukan kebijakan kacau, yang keluar adalah setan-setan dari kebijakan itu,” kritiknya.

Bunga bank yang tinggi, kata dia, akan menghancurkan sektor ril, sementara  uang yang banyak dipakai pemerintah untuk “menyerang” nilai tukar rupiah.

“Jadi, kita membiayai kehancuran ekonomi kita pada waktu itu tanpa kita sadari. Ini bukan karena kita bodoh atau bagaimana, tapi karena kita belum mengetahui mencari solusi ketika menghadapi kondisi seperti itu,” tegasnya.

Ayah dua orang putra ini lantas menganalisis kesalahan-kesalahan dalam penanganan krisis moneter di tahun 1997 dan 1998. Ketika terjadi kehancuran finansial global tahun 2008, Purbaya memberi masukan ke tim think thank SBY.

“Waktu itu ujian ekonominya ekspansif fiskal tahun 2009, namun suku bunga bank diturunkan di Desember 2008 ketika rupiah sedang lemah. Hitungan saya begini, kalau kita ingin menjaga nilai tukar dan lain-lain, maka ciptakan pertumbuhan ekonomi. Kalau mau ciptakan pertumbuhan ekonomi, maka jaga kondisi likuiditas di sistem perekonomian, itu yang terjadi,” terangnya, seraya menambahkan Presiden SBY  bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi hampir mendekati 6 persen.

“Saya pikir, dengan edukasi tahun 2008 dan 2009 semua orang sudah mengerti, karena banyak ekonom yang melihat. Rupanya lupa, kita itu cepat lupa. Makanya kondisi ekonomi turun-naik, turun-naik. Untung saya masih ingat sedikit-sedikit,” lontarnya.

Ia melanjutkan, tahun 2015, ketika Presiden Jokowi mengambil pemerintahan, kondisinya sama, kebijakan fiskalnya sedang ketat. Ia menyarankan ke KSP untuk mengubah kebijakan pemerintah, dan ekonomi Indonesia selamat dari krisis.

“Jadi, pembalikan ekonomi Indonesia, bukan terjadi otomatis. Semua karena intervensi kebijakan. Kebetulan Pak Jokowi cukup cepat mengambil langkah,” ujarnya.

Berlanjut tahun 2020/2001, kondisi ekonomi di Indonesia sama, menurun, lantaran terjadi wabah Covid-19. Semua  sektor perbankan kondisinya  mengkhawatirkan.

Purbaya ketika itu sedang menjadi “anak buah” Menkomarves, Luhut Binsar Panjaitan.

“Saya waktu itu sedang di maritim, asyik mancing. Saya pikir ngapain mikirin ekonomi lagi, udah pada jago di perekonomian,” guyonnya.

Tapi setelah ia melihat pertumbuhan base money pada Maret 2000, ternyata  minus 15,3 persen.

“Minus, artinya ekonomi sedang dicekek, padahal bunganya diturunkan. Ini salah kebijakan kita lagi. Jadi ekonominya turun hampir hancur,” tambahnya.

Purbaya dipanggil ke Istana Negara menemui Presiden Jokowi untuk diminta saran dan solusi menanggani krisis. Setelah mengetahui faktor penyebab terjadinya krisis, ia menyarankan Presiden Jokowi untuk  mengurangi penyerapan ke sistem bank sentral (BI)  dan menambah uang sistem ke perbankan nasional dari sisi fiskal.

Menurutnya, ketika itu pemerintah punya banyak uang yang disimpan di BI, sekitar Rp 529 triliun. Purbaya menyarankan dikembalikan ke sistem perbankan nasional.

“Mei 2001, dipindahkan uang sebesar Rp 300 triliun dari BI ke sistem perbankan. Laju pertumbuhan uang naik lagi, dari minus ke double digit 11 persen, terus dijaga bank sentral juga di atas 20 persen. Itu yang menyelamatkan ekonomi kita,” Purbaya menjelaskan strategi menyelamatkan sekaligus meningkatkan pertumbuhan Indonesia.

Seperti dia sudah berjanji akan mendorong pertumbuhan ekonomi di era Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sebesar 8 persen. (Rif)

 

750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
Core Business

Tutup Yuk, Subscribe !