Energi Nuklir sebagai Kebutuhan Strategis untuk Masa Depan Indonesia

Oleh: Dr. Kurtubi

KONTEKS masalah Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement dan menetapkan target ambisius untuk menurunkan emisi karbon. Namun dalam praktiknya, sistem energi nasional masih sangat bergantung pada batubara dan energi fosil. Di sisi lain, sumber energi terbarukan seperti surya, angin, air, dan biomassa memiliki keterbatasan alamiah dalam menyediakan listrik yang stabil dan kontinu 24 jam sehari, 365 hari setahun.

Semasih menjabat Ketua Kaukus Nuklir Parlemen RI, dalam forum internasional di Wina, Austria, tahun 2019, saya pernah menyampaikan bahwa tanpa pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), target penurunan emisi CO₂ sangat sulit dicapai—jika tidak ingin disebut mustahil.

Also Read:

Saatnya Presiden Prabowo Subianto Proklamirkan Lahirnya Industri Nuklir

Faktanya, pernyataan saya masih relevan hingga hari ini. Teknologi PLTN telah berkembang pesat pascatragedi Chernobyl dan Fukushima. PLTN generasi baru kini lebih aman, bersih, dan ekonomis, serta menjadi tulang punggung transisi energi di banyak negara maju.

PLTN juga memiliki kelebihan dibandingkan energi berbasis matahari, angin, dan air. Energi bersumber dari matahari, misalnya, tidak bersinar di malam hari dan sinarnya bisa terhalang oleh hujan atau awan.

Also Read:

Momen Tepat untuk Memajukan Pariwisata dan Ekonomi NTB