
Ambarawa,corebusiness.co.id– Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktur Hilirisasi Hasil Tanaman Pangan, Mulyono, selaku PJ Swasembada Pangan Provinsi Jawa Tengah, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap upaya petani di Kelurahan Tabak Boyo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, yang berhasil meningkatkan produksi padi secara signifikan di lahan pasang surut dan lahan tergenang air Waduk Rawa Pening.
Dalam kunjungan kerjanya, Mulyono melakukan dialog langsung dengan Kelompok Tani Sebahung Makmur, Gapoktan Tani Subur, serta para penyuluh pertanian. Dalam pertemuan tersebut, Ketua Gapoktan Tani Subur, Ari Widianto, menjelaskan bahwa sebagian besar lahan pertanian di Kampung Rawa hanya dapat digarap pada musim tanam September hingga Maret. Di luar musim tersebut, genangan air setinggi satu meter lebih membuat lahan tidak dapat ditanami padi.
Meski menghadapi tantangan tersebut, produktivitas padi di lahan tersebut sangat tinggi, rata-rata mencapai 10 hingga 11 ton per hektar gabah kering panen (GKP).
Para petani di Kampoeng Rawa menanam padi menggunakan varietas unggulan di antaranya Inpari 32, IR 64, Menpramo, Cibatu 06, dan Ciherang.
“Saya sangat mengapresiasi semangat dan ketekunan para petani serta penyuluh di Kelurahan Tabak Boyo. Mereka mampu mengoptimalkan potensi lahan rawa pasang surut dan tetap mencetak hasil panen yang membanggakan,” ujar Mulyono saat meninjau langsung areal pertanaman padi.
Data di lapangan mencatat total luas lahan pasang surut yang dikelola petani mencapai 32 hektare, ditambah 27 hektare lahan irigasi yang juga rawan genangan. Meski demikian, hasil usaha tani tetap memberikan keuntungan yang menjanjikan. Dengan biaya usaha tani sekitar Rp10,5 juta per hektare, petani mampu meraup pendapatan bersih hingga Rp47,5 juta per hektare dalam satu kali musim tanam.
Dengan Indeks Pertanaman (IP) 200, para petani juga memiliki peluang panen dua kali dalam setahun, yang secara langsung berdampak pada peningkatan pendapatan dan ketahanan pangan wilayah Kabupaten Semarang.
“Kami di Kementan akan terus mendorong penguatan hilirisasi hasil tanaman pangan, termasuk dukungan sarana dan prasarana, agar petani di wilayah pasang surut semakin mandiri dan berdaya saing. Keberhasilan di Desa Tabak Boyo ini patut menjadi contoh untuk direplikasi di wilayah di Indonesia yang mempunyai tipologi lahan yang sama,” imbuh Mulyono.
Sementara itu, dalam kesempatan yang berbeda Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Yudi Sastro menekankan pentingnya menjaga dan meningkatkan Luas Tambah Tanam (LTT), terutama di provinsi sentra seperti Jawa Tengah yang merupakan produsen padi terbesar kedua nasional setelah Jawa Timur.
“Memasuki musim kemarau, kami mendorong optimalisasi sumber air yang tersedia, baik melalui pompanisasi maupun pemanfaatan embung dan sumber air permukaan lainnya. Ini penting agar produksi tetap terjaga di tengah perubahan iklim,” pungkas Yudi Sastro. (FA)