
Dengan Indeks Pertanaman (IP) 200, para petani juga memiliki peluang panen dua kali dalam setahun, yang secara langsung berdampak pada peningkatan pendapatan dan ketahanan pangan wilayah Kabupaten Semarang.
“Kami di Kementan akan terus mendorong penguatan hilirisasi hasil tanaman pangan, termasuk dukungan sarana dan prasarana, agar petani di wilayah pasang surut semakin mandiri dan berdaya saing. Keberhasilan di Desa Tabak Boyo ini patut menjadi contoh untuk direplikasi di wilayah di Indonesia yang mempunyai tipologi lahan yang sama,” imbuh Mulyono.
Sementara itu, dalam kesempatan yang berbeda Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Yudi Sastro menekankan pentingnya menjaga dan meningkatkan Luas Tambah Tanam (LTT), terutama di provinsi sentra seperti Jawa Tengah yang merupakan produsen padi terbesar kedua nasional setelah Jawa Timur.
“Memasuki musim kemarau, kami mendorong optimalisasi sumber air yang tersedia, baik melalui pompanisasi maupun pemanfaatan embung dan sumber air permukaan lainnya. Ini penting agar produksi tetap terjaga di tengah perubahan iklim,” pungkas Yudi Sastro. (FA)