
Arifatul mengatakan, KPPPA dalam rangka mendukung program prioritas Presiden Prabowo Subianto membuat Program Ruang Bersama Indonesia (RBI). Program ini merupakan pengembangan dari Program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA).
“Jadi, Bapak Presiden Prabowo mempunyai inisiasi yang luar biasa, karena menteri-menterinya mempunyai latar belakang berbeda. Ada berlatar belakang politisi, pengusaha, praktisi, akademisi, dan sebagainya. Bapak Presiden membangun chemistry di antara para menteri dari latar belakang yang berbeda-beda,” tuturnya.
Arifatul mengakui sebagai Menteri PPPA merasakan manfaat yang luar biasa, karena para menteri yang lain menaruh perhatian yang luar biasa kepada KPPPA.
“Menteri-menteri yang dananya banyak, langsung mendekati saya. Mereka menyampaikan bahwa dana Kementerian PPPA minim, dan mereka akan men-support. Inilah salah satu keberhasilan dari Bapak Presiden Prabowo dalam membangun chemistry di antara para menterinya,” ujarnya.
Ia menjelaskan, RBI ingin mewujudkan desa yang ideal. Desa ideal ini nantinya tidak ada lagi perempuan yang mengalami kekerasan, perempuan menjadi berdaya, dan anak-anaknya terlindungi. Namun untuk mencapai tujuan ini, KPPPA tidak bisa berdiri sendiri, harus ada kolaborasi dengan kementerian dan lembaga lain, terpenting adalah partisipasi dari masyarakat.
Arifatul kembali menyampaikan hasil data simponi dari 1 Januari sampai 14 Juli 2025, yang menunjukkan kasus yang dilaporkan ke KPPPA sebanyak 11.835 kasus. Per 31 Juli 2025 meningkat lebih dari 16.000 kasus.
“Artinya, dalam tempo satu bulan setengah, terjadi penambahan 6.000 kasus. Angka itu yang dilaporkan ke KPPPA. Yang tidak dilaporkan lebih banyak lagi. Jadi, peran keluarga sangat penting untuk menguatkan anak-anak dan menjaga perempuan-perempuan Indonesia. Ini menjadi tugas kita bersama,” tegasnya. (Syarif)