160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN

Pengamat Ekonomi Energi UGM: Trump Tidak Bisa Dikte Persoalan Ekonomi Negara Lain

Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Fahmy Radhi.
750 x 100 PASANG IKLAN

PEMERINTAH Amerika Serikat (AS) memberikan sanksi baru terhadap Rusia, karena masih aktif menggempur Ukraina. Presiden AS, Donald Trump mengembargo impor minyak mentah dari dua perusahaan minyak terbesar Rusia, yaitu Rosneft dan Lukoil.

Menurut data energi AS, Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia pada tahun 2024 setelah AS. Rosneft dan Lukoil bersama-sama menyumbang lebih dari 5 persen produksi minyak global.

Trump menyerukan negara-negara di Eropa dan negara-negara lain ikut langkahnya, menghentikan impor minyak dari Rusia. Presiden Rusia, Vladimir Putin tidak bergeming. Ia tetap bersikap keras bahwa sanksi AS tidak akan mengganggu perekonomian Rusia.

Pemerintah AS menyatakan siap mengambil tindakan lebih lanjut atas sanksi yang diberikan terhadap Rusia. Negara-negara Uni Eropa juga menyetujui paket sanksi ke-19 terhadap Moskow yang mencakup larangan impor gas alam cair Rusia, sementara Inggris menjatuhkan sanksi kepada Rosneft dan Lukoil pekan lalu.

750 x 100 PASANG IKLAN

Bagaimana dengan Indonesia, sebagai salah satu negara importir minyak mentah terbesar di dunia. Seperti dikatakan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, konsumsi BBM di dalam negeri sebesar 1,6 juta barrel per hari  (setara 159 juta liter minyak per hari). Sementra lifting Indonesia kurang lebih 600 ribu barrel.

“Jadi, kita itu impor 1 juta barrel per day,” kata Bahlil di acara DetikSore on Location: Indonesia Langgas Energi, belum lama ini.

Sepanjang tahun 2024, Indonesia tercatat telah mengimpor produk hasil minyak senilai US$ 21,6 miliar atau Rp 352,38 triliun. Dari total tersebut, kontribusi impor hasil minyak dari AS hanya sebagian kecil.

Berdasarkan data dari Dewan Ekonomi Nasional (DEN), impor hasil minyak dari AS hanya sebesar US$ 19 juta atau sekitar 0,1 persen dari total impor Indonesia. Hal ini menunjukkan kontribusi yang sangat kecil dalam pasokan energi domestik. Karena itu, Indonesia ikut dikenakan tarif imbal balik impor (resiprokal) oleh AS.

750 x 100 PASANG IKLAN

Setelah besaran resiprokal dikurangi 19 persen dari semula 32 persen, Indonesia memastikan akan menambah impor minyak mentah (crude), Bahan Bakar Minyak (BBM), hingga Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari AS. Hal ini sesuai komitmen Pemerintah Indonesia saat negosiasi tarif dagang dengan Pemerintah AS hingga US$ 15,5 miliar.

Selain menambah kuota impor energi, AS mendapatkan akses penuh ke pasar Indonesia untuk produknya, dengan tarif yang jauh lebih rendah (mendekati nol persen) untuk barang-barang AS yang masuk ke Indonesia.

Di sisi lain, Indonesia sudah bergabung di BRICS, di mana di dalamnya ada Rusia, di tengah Presiden Prabowo Subianto sedang akrab-akrabnya dengan Presiden Trump. Lantas, bagaimana sewajarnya Indonesia menyikapi sanksi AS terhadap Rusia?

Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Fahmy Radhi, memberikan pandangan posisi Indonesia di tengah perseteruan AS dengan Rusia. Berikut petikan wawancara corebusiness.co.id dengan Fahmy Radhi.

750 x 100 PASANG IKLAN

Bagaimana Anda mengamati sanksi baru Pemerintah AS terhadap Rusia ini?

Sejak pasukan militer Rusia gencar menyerang Ukraina, Amerika Serikat (AS) menyerukan negara-negara di Eropa untuk embargo produk-produk Rusia. Namun, Rusia sepertinya tidak menggubris sanksi tersebut, dia tetap menyerang Ukraina.

Sekarang, Presiden AS, Donald Trump menjatuhkan sanksi lagi terhadap Rusia. Ia menyerukan negara-negara di Eropa dan negara-negara dari benua lainnya tidak mengimpor minyak dari dua perusahaan minyak terbesar Rusia, yakni Rosneft dan Lukoil.

Toh, Presiden Rusia, Vladimir Putin sepertinya tidak bergeming. Ia merasa yakin minyaknya masih akan dibeli oleh negara-negara lain. Karena, Rusia menawarkan harga jual minyak dengan diskon cukup tinggi, artinya lebih murah dari rata-rata harga pasar internasional. Negara-negara seperti Tiongkok dan India tetap saja membeli minyak dari Rusia. Bahkan setahu saya, negara di Eropa seperti Prancis masih membeli minyak dari Rusia, dengan pertimbangan harganya lebih ekonomis.

Untuk Indonesia sendiri, saya belum dapat informasi kepastiannya. Tapi, Indonesia sempat ditawari untuk membeli minyak dari Rusia.

Informasinya Tiongkok dan India akan menghentikan impor minyak dari Rusia, tapi untuk jangka pendek. Apakah kedua negara ini juga khawatir terhadap ancaman Presiden Donald Trump?

Saya rasa kedua negara tersebut tidak takut dengan ancaman AS. Jika Tiongkok dan India menyatakan ingin menghentikan impor dari Rusia, menurut saya itu hanya bahasa diplomasi saja. Jika harganya lebih murah, kedua negara itu tetap impor minyak dari Rusia.

Apalagi Tiongkok dikenakan resiprokal tinggi oleh AS. Jika Tiongkok menghentikan impor minyak dari Rusia, menurut saya itu hanya basa-basi saja. Saya yakin Tiongkok tetap membeli minyak dari Rusia.

Beberapa negara di Eropa juga masih membeli minyak dan gas dari Rusia. Karena, beberapa negara di Eropa masih bergantung  migas dari Rusia, antara lain dipergunakan sebagai sumber energi listrik. Seperti pernah terjadi beberapa negara di Eropa menghentikan impor migas dari Rusia, akibatnya negara-negara itu mengalami krisis listrik.

Rusia telah membangun jaringan pipa untuk menyalurkan gas ke negara-negara importir di Eropa. Karena, gas sangat riskan diekspor menggunakan transportasi laut maupun darat.

Menurut Anda, ada kepentingan AS yang lain di balik larangan membeli minyak dari Rusia?

AS paling hanya memperingatkan saja, tidak bisa dia mengatur negara-negara lain agar tidak membeli migas dari Rusia.

OPEC menyatakan siap menyuplai minyak ke negara-negara importir, jika menghentikan pembelian dari Rusia. Apakah ini bagian dari strategi Trump untuk melumpuhkan perekonomian Rusia?

Saya kira saat ini peranan OPEC tidak sebesar dulu, produk-produk minyaknya juga tidak terlalu dominan. Untuk minyak, produksi Rusia sangat besar. Inggris juga produksi minyaknya besar, sehingga peran OPEC tidak terlalu dominan.

Jika Trump “memainkan” OPEC, saya kira tidak akan berhasil juga untuk memengaruhi pasokan maupun harga minyak dunia ketika banyak negara mengembargo minyak dari Rusia.

Presiden AS, Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin .. Foto: isds.co.id

Posisi Indonesia dalam menyikapi sanksi AS terhadap Rusia?

Presiden Prabowo menjalin hubungan baik dengan semua pemimpin negara. Lagi pula, persoalan ekonomi suatu negara tidak bisa didikte oleh masalah-masalah politik dari negara lain.

Contohnya Iran, bertahun-tahun diembargo AS, dan AS melarang negara-negara sekutunya berhubungan dagang dengan Iran. Faktanya, Prancis masih saja menjalin kerja sama perdagangan dengan Iran. Salah satunya Iran impor persenjataan dari Prancis. Sebagai imbalannya, Prancis membeli minyak dengan harga murah dari Iran. Jadi, logika ekonomi tidak bisa dipatahkan dengan logika politik.

Apakah ada kekhawatiran bagi Indonesia persentase resiprokal dinaikkan kembali oleh Trump, jika tidak mengikuti imbauannya?

Saya kira masalah resiprokal antara Indonesia dan AS sudah clear. Resiprokal Indonesia diturunkan menjadi 19 persen dari sebelumnya 32 persen. Sebagai imbalannya, AS mendapatkan akses penuh ke pasar Indonesia untuk produknya, dengan tarif yang jauh lebih rendah (mendekati nol persen) untuk barang-barang AS yang masuk ke Indonesia

Beda dengan Tiongkok yang dikenakan pajak impor tinggi oleh AS, dibalas lagi oleh Tiongkok dengan pajak impor lebih tinggi terhadap produk-produk dari AS.

Indonesia mempunyai prinsip politik luar negeri bebas aktif. Saya juga melihat Presiden Prabowo sangat cerdas, dia baik kepada siapa saja. Meskipun Indonesia bergabung di BRICS, Presiden Prabowo tetap menjaga hubungan baik dengan Presiden Donald Trump.

Mengapa titah AS begitu dominan, padahal ada PBB?

Presiden AS, termasuk saat ini Donald Trump ingin menguasai negara-negara lain. Trump ingin menunjukkan bahwa AS adalah negara super power, paling berkuasa. Meskipun faktanya tidak pernah berhasil memengaruhi negara lain. (Syarif)

 

750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
ANINDYA

Tutup Yuk, Subscribe !