“Melihat anggaran ini, tentunya berbanding terbalik dengan agenda-agenda yang harus dilakukan Kemendag untuk mencapai target. Jika dilihat anggaran Kemendag sebelum era 2020 anggarannya antara Rp 2,7 triliun sampai Rp 2,8 triliun. Sementara anggaran Kemendag ini tinggal Rp 1,6 triliun,” ungkap Sadarestuwati.
Dalam kondisi anggaran yang belum optimal ini, anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan ini lantas menanyakan strategi yang akan dilakukan Kemendag untuk mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi antara 7 persen sampai 8 persen seperti yang telah disampaikan Presiden Prabowo Subianto.
“Tentunya bukan strategi yang normatif, tapi strategi yang benar-benar jleb, yang benar-benar mengenai jantung, sehingga bisa mencapai yang diinginkan Presiden Prabowo,” ucapnya.
Ia mengungkapkan, per Rabu, 20 November 2024, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sudah menyentuh Rp 15.868. Tingginya kurs dolar terhadap rupiah tentu berpengaruh terhadap harga-harga barang impor maupun produk dalam negeri. Sementara kondisi masyarakat saat ini, khususnya di desa-desa, kemampuan daya belinya sangat rendah.
Beberapa hari ini, Sadarestuwati mengaku dikejutkan oleh masyarakat di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, masih mengkonsumsi serangga, seperti belalang. Walaupun makan serangga sudah menjadi kebiasaan masyarakat Gunung Kidul, tetapi menurut Sadarestuwati. hal ini menjunjukkan masih banyak masyarakat yang terpinggirkan atau kurang mampu.
“Kalau melihat agreement yang sudah dilakukan Kemendag, rasanya ini sangat berat. Kalau kita harus digelontorkan dengan produk-produk impor dengan bea masuk nol persen atau bebas pajak, akan menggerus produk-produk dalam negeri. Bahkan produk-produk yang dihasilkan oleh petani. Contohnya petani susu yang sudah kena imbas. Beberapa waktu lalu banyak petani membuang susu, karena tidak ada pabrik yang menyerap produk susu petani,” ungkapnya.