
Bruce Lan menyebut, OESBFS memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, smelter yang mengaplikasikan OESBFS bisa mengolah limonit menjadi nickel matte dari bahan baku limonit mulai dari kadar 0,1 persen.
Prosesnya melibatkan pengeringan bijih limonit hingga tingkat kelembaban 20-26 persen, pemanggangan material kering di sistem tanur putar, dan kemudian dimasukkan ke dalam tanur tiup samping dengan oksigen untuk menghasilkan nickel matte.
Teknologi OESBFS juga efisien dalam penggunaan energi. OESBFS bisa menghemat 60 persen penggunaan energi dalam proses pembakaran di tungku atau furnace. Selain itu, otomatisasi OESBFS tingkat tinggi, di mana seluruh proses peleburan mengadopsi kontrol terpusat di distributed control system (DCS), mulai dari sistem batching, distribusi gas, sirkulasi air, dan sistem lainnya. Semuanya dikontrol dari jarak jauh.
Smelter berbasis OESBFS membutuhkan waktu konstruksi yang relatif singkat. Satu lini produksi mampu menghasilkan 12.000 ton high nickel matte per tahun dengan investasi sekitar US$ 130 juta dan waktu konstruksi kurang lebih 24 bulan. Titik impas yang cepat membuat investasi ini menjadi target yang menarik bagi para investor.
“Hal yang menjadi perhatian penting bagi kami, aplikasi teknologi OESBFS tidak menghasilkan limbah beracun. SHP bisa diolah Kembali menjadi bahan baku untuk pembuatan batako, pengeras aspal, dan lainnya,” terang Bruce Lan. (Rif)