160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN

Menimbang Swasembada Gula Konsumsi 2026

750 x 100 PASANG IKLAN

Praktik di Thailand, kepras tebu berkali-kali bukan hal aneh. Tebu dikepras lebih dari 7 kali produktivitasnya masih tinggi. Tidak perlu jauh-jauh ke Thailand, sejumlah petani tebu di Lumajang, Jawa Timur, pun mengepras tebu mereka hingga 8-9 kali dengan produktivitas tebu (tetap) tinggi: lebih 100 ton per ha. Bandingkan dengan rerata produktivitas tebu pada 2024: 63,78 ton per ha. Mengapa “praktik baik” petani tebu di Lumajang ini tidak didalami kemudian “resep”-nya ditularkan ke petani lain?

Keempat, soal validitas dan integritas data. Seperti disebut di muka bahwa merujuk Proyeksi Neraca Pangan Bapanas, 4 Desember 2025, kebutuhan gula konsumsi tahun ini sebesar 2.808.980 ton. Dengan stok awal 2025 sebesar 1.388.229 ton ditambah produksi tahun ini 2.668.075 ton dan impor 190 ribu ton, total ketersediaan mencapai 4.246.303 ton. Stok akhir tahun sekitar 1.437.324 ton setelah dikurangi konsumsi. Dengan konsumsi bulanan 234.082 ton, stok ini cukup untuk 6,1 bulan.

Kalkulasi inilah yang antara lain membuat pemerintah yakin tahun 2026 tak perlu impor gula konsumsi. Apalagi jika target produksi 3 juta ton bisa diraih. Walaupun, merujuk distribusi produksi gula bulanan rentang 2014-2020, produksi besar (15,08%) baru terjadi di Juni. April-Mei sudah ada produksi gula, tapi masih kecil. Artinya, kalau pemerintah kekeh menutup impor gula konsumsi pada 2026 ada potensi gejolak harga di Juni-Juli. Karena gula produksi Juni 2026 perlu waktu untuk masuk ke pasar.

Masalahnya, data konsumsi versi pemerintah berbeda signifikan dari yang dikalkulasi pengelola Jurnal GULA. Jurnal GULA selama ini menggunakan data-data resmi dari pemerintah. Contohnya, kalkulasi tahun 2025. Merujuk Jurnal GULA edisi Januari 2025, stok awal gula konsumsi tahun 2025 adalah 1.436 ribu ton. Ditambah produksi tahun ini 2.668 ribu ton dan impor 190 ribu ton, total ketersediaan 4.294 ribu ton. Dikurangi konsumsi 3.084 ribu ton, stok akhir 1.210 ribu ton. Dengan rerata konsumsi seperti tahun 2025 (257 ribu ton per bulan), stok itu hanya cukup untuk 4,7 bulan alias sampai pekan ketiga Mei 2026. Amat riskan apabila tidak ada impor.

750 x 100 PASANG IKLAN

Merujuk data-data itu, keputusan tidak impor gula konsumsi pada 2026 cukup riskan, terutama di transisi stok hendak habis dan produksi gula domestik ketika PG mulai giling. Kalau ada lonjakan harga tiba-tiba, karena pemilik stok berspekulasi dengan menahan stok, misalnya, pemerintah tidak punya amunisi untuk meredam. Karena tidak punya gula untuk intervensi. Stok di pasar pun tipis. Jangan sampai karena terlalu bersemangat swasembada, keputusan (politik) tidak impor justru membawa petaka. (Penulis adalah Pengurus Pusat PERHEPI, Anggota Komite Ketahanan Pangan INKINDO, serta Pegiat Komite Pendayagunaan Pertanian dan AEPI)

Pages: 1 2Show All
750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
DELTA SYSTECH INDONESIA

Tutup Yuk, Subscribe !