Dengan produksi yang naik tersebut, suplai beras global diperkirakan mencapai 749,1 juta ton (naik 19,6 juta ton dibanding tahun sebelumnya). Sedangkan permintaan beras diperkirakan sekitar 539,8 juta ton (naik 11,1 juta ton atau 2% dibandingkan tahun sebelumnya). Menurut FAO, peningkatan volume permintaan beras ini yang tertinggi sepanjang sejarah. Jadi, meskipun Indonesia tidak impor beras tahun ini permintaan beras tidak turun. Justru naik. Pertumbuhan permintaan beras dunia utamanya didorong oleh peningkatan konsumsi beras di wilayah Afrika (Angola, Kamerun, Pantai Gading, Madagaskar, Nigeria, dan Senegal) yang dipicu peningkatan pendapatan, urbanisasi, pertambahan jumlah penduduk, dan perubahan pola pangan pokok dari nonberas ke beras.
Kedua, Indonesia bukan importir beras terbesar dunia yang rutin tiap tahun. Merujuk data Bank Dunia, sepanjang 2018-2024 importir beras terbesar dunia diduduki China dengan impor 3,393 juta ton per tahun. Disusul impor beras per tahun Uni Eropa sebesar 2,255 juta ton, Filipina 2,075 juta ton, Indonesia 1,638 juta ton, Iran 1,455 juta ton, Saudi Arabia 1,451 juta ton, Benin 1,437 juta ton, Cote d’Ivoire 1,41 juta ton, Senegal 1,238 juta ton, dan Malaysia 1,213 juta ton.
Dari sisi volume, selama 7 tahun itu impor Indonesia menduduki posisi keempat dunia. Namun demikian, impor beras dalam jumlah besar oleh Indonesia tak terjadi sepanjang tahun. Sepanjang 7 tahun itu impor beras Indonesia yang besar hanya terjadi pada 2024 (sebesar 4,519 juta ton), 2023 (3,062 juta ton), dan 2018 (2,253 juta ton). Tahun lainnya volume impor bergerak dari 356 ribu ton hingga 444 ribu ton. Berpijak pada data itu, Indonesia boleh dibilang bukan importir beras terbesar tiap tahun.
Yang layak disebut sebagai negara importir beras terbesar dunia tiap tahun adalah China, Uni Eropa, Filipina, Iran, Saudi Arabia, Benin, Cote d’Ivoire, Senegal, Malaysia, dan Amerika Serikat. Sepuluh negara (dan kawasan) itu rerata mengimpor beras rutin tiap tahun dengan jumlah antara 800 ribu ton hingga 6,158 juta ton. Adalah benar impor beras Indonesia yang besar pada 2023 dan 2024 berpengaruh pada harga beras dunia. Impor Indonesia itu terjadi karena produksi tertekan El Nino.
Yang juga perlu dicatat, Indonesia tidak impor beras itu dalam konteks tidak ada penugasan impor beras kepada Bulog. Meskipun demikian, bukan berarti Indonesia tidak impor beras. Impor beras rutin dilakukan oleh swasta untuk beras khusus dan untuk industri, seperti beras Basmati, Japonica, Thai Hom Mali, dan beras patahan. Besarnya antara 350 ribu ton hingga 550 ribu ton. Dari Januari hingga Oktober 2025 impor beras khusus itu mencapai 364,3 ribu ron.
Hemat penulis, ada pekerjaan penting bagi pemerintah: membangun fondasi produksi yang lebih kokoh. Produksi beras tahun ini diperkirakan 34,79 juta ton, naik dua digit dari tahun lalu. Kenaikan produksi disumbang oleh penambahan luas panen. Bukan oleh peningkatan produktivitas. Selain itu, peningkatan produksi juga karena berkah alam berupa hujan yang hadir sepanjang tahun dan semua sumber daya (anggaran dan SDM) Kementerian Pertanian fokus mengurus padi dan jagung. “Kemewahan” ini tidak selalu ada tiap tahun. PR-nya jelas: bagaimana memastikan produksi berkelanjutan (Penulis adalah Pengurus Pusat PERHEPI, Anggota Komite Ketahanan Pangan INKINDO, serta Pegiat Komite Pendayagunaan Pertanian dan AEPI)