
Setelah 7 tahun berkecimpung di industri kimia, Jamil tertantang ingin mencoba keluar dari tanah kelahirannya. Kebetulan ketika itu ada perekrutan tenaga kerja dari Indonesia untuk tim startup Qatar Fertiliser Company (QAFCO) yang mendirikan pabrik amonia keempat. Jamil pun mengikuti berbagai tes dalam sebagai prasyarat penyeleksian bagi peserta yang akan bergabung di tim startup dari Indonesia.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Jamil dinyatakan lulus seleksi, hingga di awal 2002 ia diterbangkan bersama 39 orang lainnya dari berbagai daerah di Indonesia ke Doha, Qatar. Di sinilah dimulainya debut karier Jamil di kancah internasional.
Tim startup dari Indonesia ikut membangun pabrik keempat QAFCO hingga beroperasi dalam memproduksi amonia. Jamil merupakan salah satu anggota tim startup yang dapat tugas mengoperasikan pabrik ammonia tersebut.
“Pihak QAFCO menilai tim dari Indonesia kinerjanya bagus. Mereka mengapresiasi kami,” ucapnya seraya melempar senyum.
Di masa tinggal di Qatar, Jamil mendapatkan tawaran mengerjakan sebuah proyek di Petronas, Malaysia. Pada saat itu dia direkrut oleh Lurgi, anak perusahaan Air Liquide yang berbasis di Eropa.
Jamil mengambil peluang tersebut. Pada tahun 2007, ia mendapat kepercayaan dari Lurgi untuk memimpin commissioning startup proyek Petronas di Malaysia.
“Sejak itulah saya menjadi seorang freelancer bagi perusahaan atau investor yang ingin membangun pabrik petro chemical, termasuk oil dan gas. Saya pernah menangani proyek-proyek di beberapa negara, seperti Timur Tengah, Amerika, Eropa, dan Asia. Dari tahun 2007 itulah gongnya saya keliling dunia,” tuturnya.