
“Pada saat produksi padi di bawah, pemerintah harus take action apa? Melakukan pengontrolan dengan melepas beras cadangan. Bukan cadangan beras itu disimpan,” ucapnya.
Soetarto berseloroh, jika beras cadangan hanya disimpan, itu sama saja menakuti-nakuti orang oleh “polisi tidur”.
“Awal-awalnya takut, lama-lama nggak takut. Wong dia tahu itu cuma polisi tidur. Itu lho, patung polisi yang berdiri di beberapa kota-kota di Indonesia,” guyonnya.
Soetarto mengutarakan, sebagian besar orang sudah mengetahui bahwa produksi padi akhir Mei mulai turun, sehingga produksi Juni dan Juli masih minus. Menjadi riskan ketika produksi padi menurun, akan terjadi persaingan pembelian gabah.
“Kalau harga gabah naik, bisa terjadi perebutan, apalagi barangnya sedikit. Kalau harga pembelian gabah naik, otomatis harga jual beras ikut naik. kondisinya seperti itu,” urai mantan Dirjen Tanaman Pangan tersebut.
Ia menegaskan, pemerintah harus sigap jika kondisinya seperti itu.
“Makanya usul Perpadi, pertama, gelontorkan beras cadangan sebanyak-banyaknya, sebenarnya sampai akhir Agustus saja. Kedua, berhenti untuk menekan atau merebut gabah. Karena penggilingan padi atau pengusaha beras itu kan harus hidup juga. Supaya ekonomi terus berjalan,” sarannya. (Rif)