
Jakarta,corebusiness.co.id-Presiden Prabowo Subianto telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2025 tentang Pengadaan dan Pengelolaan Gabah/Beras Dalam Negeri serta Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengatakan, Inpres Nomor 6 Tahun 2025 akan menjadi instrumen pelindung untuk mendorong penyerapan dapat tercapai sesuai target penugasan yang telah ditetapkan.
“Inpres ini tentu akan menjadi pedoman bersama pemerintah dengan Perum Bulog agar dapat menyerap hasil panen petani kita secara maksimal,” kata Arief di Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Dalam beleid ini ditegaskan target pengadaan beras dalam negeri di 2025 sebanyak 3 juta ton. Sementara pemerintah melalui Bulog menyerap hasil panen petani dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 6.500 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP) dengan segala kualitas di tingkat petani.
Pengadaan beras dalam negeri oleh Bulog berdasarkan penugasan Badan Pangan Nasional yang diputuskan dalam rapat koordinasi bidang pangan.
“Pemerintah telah berkomitmen tidak ada impor beras lagi. Jadi, produksi dalam negeri harus mampu memenuhi kebutuhan kita,” kata Arief.
Dalam hal penyaluran CBP, dijelaskan Arief, nantinya diperuntukkan tidak hanya untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), tetapi juga untuk bantuan pangan, dan tanggap darurat bencana, serta keperluan lain berdasarkan rapat koordinasi bidang pangan. Misalnya untuk program Makan Bergizi Gratis hingga bantuan pangan luar negeri.
“Kalau instruksi untuk kami di Badan Pangan Nasional, meliputi menghitung kebutuhan anggaran dan memberi penugasan ke Bulog untuk penyelenggaraan CBP. Lalu menyusun struktur biaya HPP dan menetapkannya serta petunjuk teknis pengadaan gabah/beras dalam negeri untuk CBP. Kompensasi dan margin penugasan yang wajar juga kami koordinasikan bersama Kemenkeu,” papar Arief.
Arief menekankan, stok CBP yang memadai menjadi kunci dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Stok CBP dapat dipergunakan pemerintah tatkala terjadi fluktuasi harga di pasar atau stimulus bantuan ke masyarakat berpendapatan rendah.
“Kecukupan stok beras yang ada di Bulog itulah yang menopang stabilitas pasokan dan harga pangan, sebab dengan stok yang ada dan cukup, dapat dilakukan berbagai intervensi stabilisasi pangan seperti penyaluran beras SPHP dan bantuan pangan beras. Impaknya bisa kita lihat bahwa inflasi terjaga hingga hari ini,” kata Arief.
Berdasarkan data yang baru dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, tingkat inflasi beras pada Maret 2025 berada di tren yang cukup positif, yakni di angka 0,55 persen. Sementara inflasi beras di Februari 2025 berada di 0,26 persen.
Sementara proyeksi produksi beras secara bulanan menempatkan puncak panen raya ada di bulan Maret 2025 dengan raihan 5,57 juta ton. Bulan selanjutnya diestimasikan oleh BPS akan mulai menurun, yaitu 4,95 juta ton di April dan 2,92 juta ton di Mei. Untuk itu, penyerapan Bulog di April ini diharapkan semakin intensif dan progresif.
Bapanas bersama Bulog sendiri sejak 2022 terus mengupayakan penguatan stok CBP. Di penghujung 2022, total stok beras tercatat berada di angka 326 ribu ton. Selanjutnya di penghujung 2023 meningkat 148,5 persen menjadi 810 ribu ton.
Berlanjut di akhir 2024, total stok beras di Bulog menjadi yang tertinggi selama kurun 4 tahun terakhir, yakni di 2 juta ton. Sementara sampai akhir Maret 2025 ini, total beras di Bulog ada 2,2 juta ton. (CB)