BMKG telah memperkirakan sudah ada tanda awal La Nina lemah saat ini. Meski demikian, hal ini diperkirakan tidak berdampak signifikan terhadap curah hujan di Indonesia. Kondisi hujan pada November–Desember 2025 hingga Januari–Februari 2026 diprediksi tetap berada pada kategori normal.
Khudori menekankan, “Ini, sekali lagi, membuka peluang produksi beras yang lumintu di Januari-Februari 2026. Produksi yang baik kemungkinan berlanjut ke bulan-bulan berikutnya. Ini merupakan kabar baik sekaligus berita buruk.”
Kabar baiknya, jelas Khudori, karena produksi beras yang besar akan memperkuat ketersediaan. Jika produksi berlebih, tahun 2026 kemungkinan Bulog tidak ditugaskan impor beras seperti tahun ini. Kabar buruknya, produksi beras yang besar mengharuskan Bulog masuk ke pasar. Ini untuk mencegah harga gabah di petani jatuh. Jika harga gabah jatuh, petani akan kecewa. Mereka akan berpikir ulang jika hendak menanam padi di musim berikutnya. Jika banyak petani emoh menanam padi, produksi berikutnya akan turun.
Jika Bulog menyerap gabah dan beras dalam jumlah besar di awal tahun depan, Khudori mempertanyakan sasaran pendistribusian hasil serapan baru tersebut. Pasalnya, stok beras yang ada masih jumbo. Beras-beras yang makin bertambah umur ini pun belum jelas kapan dikeluarkan dari gudang Bulog.
“Jika harus menyerap gabah dan beras lagi dalam jumlah besar, pertama, Bulog harus kembali menyewa gudang. Kedua, biaya pengelolaan terus berputar seperti argo. Ketiga, peluang beras turun mutu dan rusak makin besar,” ungkapnya.
Ia memperkirakan, stok beras awal tahun yang besar bisa juga membuat gerak-langkah Bulog tidak lincah. Agar Bulog tidak serba salah, perlu dipikirkan segera jalan keluarnya. Misalnya, mengeksekusi outlet yang disediakan Inpres No. 6 Tahun 2025 tentang Pengadaan dan Pengelolaan Gabah/Beras Dalam Negeri serta Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah.
Di inpres ini, disampaikan Khudori, outlet beras Bulog terbentang luas. Mulai outlet SPHP, bantuan pangan (termasuk bantuan pangan luar negeri), tanggap darurat bencana, untuk TNI/ASN/Polri dan program Makan Bergizi Gratis, dan CBP pemda. Bahkan untuk bansos. Bisa juga dibuka opsi ekspor atau stok dipinjamkan ke negara lain yang tengah membutuhkan.
Khudori mengingatkan, waktu yang tersisa menuju akhir tahun 2025 semakin pendek. Koridor waktu yang kian sempit ini akan membatasi peluang-peluang yang bisa dipilih sebagai jalan keluar. Apapun keputusannya, kata dia, semakin cepat semakin baik. Intinya, stok beras jumbo di gudang Bulog harus dikurangi. Tinggal sekitar 1,5 juta ton atau maksimal 2 juta ton.
“Bulog dan jajaran harus bersiap dengan skenario terburuk sembari berharap hal baik akan terjadi. Jika ‘bom waktu’ stok beras jumbo meledak, sudah ada antisipasinya,” sarannya bijak. (Rif)