Tulus menekankan, selain harga, aspek kualitas dan higienitas makanan dan minuman juga harus mendapatkan perhatian serius, jangan sampai ada pengunjung jasa wisata yang keracunan oleh produk makanan yang jorok.
“Dinas Kesehatan dan Balai POM setempat, seharusnya turun gunung untuk melakukan pengawasan lebih intens,” sarannya.
Kemudian keempat, fasos-fasus seperti toilet dan mushola harus dipastikan cukup air, bersih, nyaman, dan khusus untuk toilet perempuan jumlahnya harus lebih banyak dibanding toilet laki-laki, agar tidak menimbulkan antrian panjang, saat digunakan. Selain itu musti ada toilet untuk pengunjung yang berkebutuhan khusus (difabel).
Tulus berharap tempat-tempat pariwisata menjadi perhatian serius pemerintah, khususnya pemerintah daerah.
“Pemerintah daerah jangan hanya mau PAD-nya saja, tetapi lemah dalam pengawasan di lapangan. Operator wisata jangan hanya menambang uang sebanyak banyaknya, hingga pengunjung membludak dan over kapasitas, tetapi lemah dan bahkan melakukan pembiaran, sehingga aspek keamanan, keselamatan dan kenyamanan pengunjung wisata menjadi berantakan,” tukasnya.
Tulus juga menekankan kepada konsumen sebagai pengunjung jasa wisata, seharusnya juga peduli dengan keselamatan dirinya, jangan paksakan memasuki tempat wisata atau menggunakan fasilitas di lokasi wisata, jika aspek keandalan, keamanan dan keselamatannya mengkhawatirkan. (Rif)