160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN

Menggali Mineral Kritis Indonesia untuk Rantai Pasok EV Global

750 x 100 PASANG IKLAN

Sebagai bagian dari implementasi kerja sama, delegasi dari Badan Geologi dan PSDMBP dijadwalkan akan melakukan kunjungan ke fasilitas R&D Eramet di Paris, Prancis, pada awal Desember 2024. Kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari teknologi ekstraksi litium dari geothermal brine yang sedang dikembangkan oleh Eramet, sekaligus memperkuat transfer pengetahuan dalam rangka pengembangan industri mineral kritis di Indonesia.

 EV Battery Didominasi LFP

Kebutuhan pasar global terhadap mineral kritis, khususnya dari sektor industri kendaraan listrik (electric vehicle), sangat besar.  Mineral kritis sebagai bahan baku prosesing baterai listrik (EV battery), untuk energi penggerak kendaraan listrik. Terkait itu pula PSDMBP menjalin kerja sama dengan Eramet Indonesia Mining menjajaki kerja sama terkait studi dan eksplorasi mineral kritis di Indonesia.

Indonesia sebenarnya sudah ada PT International Chemical Industry (Intercallin) yang merupakan pelopor dalam industri baterai di Indonesia. Baterai ABC Carbon Zinc dan  Alkalin seri AA dan AAA merupakan contoh produk Intercallin yang menguasai pasar baterai primer  di Indonesia. Tahun 2019 perusahaan melakukan ekspansi dengan memproduksi Lithium Ion Battery Cell dan Ion Battery Pack dengan merk “ABC Lithium” untuk berbagai jenis kendaraan listrik dan energy storage system.

750 x 100 PASANG IKLAN

“Tahun 2022, Intercallin telah memproduksi 1 juta butir Lithium Ion Cell untuk kebutuhan kendaraan listrik,” kata Marketing Director, Hermawan Wijaya kepada Syarifudin ketika ditemui di Intercallin, Jakarta.

Hermawan dipercaya sebagai Marketing Director dengan otoritasi pengembangan market baterai sekunder, khususnya lithium ferro phosphate (LFP) di Indonesia.

Kebutuhan material baterai LFP mayoritas berkaitan dengan mineral logam, seperti aluminium, copper, nickel, graphyte, ferro, dan lithium. Semua komponen material itu, kata Hermawan, diimpor dari produsen negara lain, kemudian di-mixing di pabrik Intercallin.

Hermawan mengakui, mayoritas bahan baku tambang untuk prosesing battery cell lithium ada di Indonesia. Yang tidak ada, mungkin, hanya lithium dengan bahan baku ferrous (besi), dan sedikit graphyte.

750 x 100 PASANG IKLAN

Permasalahannya, ungkap Hermawan, dari semua bahan tambang ini, baik itu nikel, bauksit, copper, iron ore, maupun feronikel, masih berbentuk ore. Belum diproduksi menjadi komponen yang dibutuhkan untuk baterai lithium.

“Karena itu, semua ore ini harus ada produksi lanjutan, entah dalam proses industri kimia atau mekanika,” kata Sarjana Teknik Mesin yang mengawali karier di Astra.

Untuk aluminium, dicontohkan Hermawan, yang dibutuhkan aluminium foil seperti lembaran kertas. Namun,  industri pengolahannya belum ada di Indonesia. Begitu pula copper, dibutuhkan dalam bentuk copper foil. Bukan dalam bentuk ingot, karena tidak bisa dijadikan plate tabung battery cell.

Marketing Director Intercallin, Hermawan Wijaya

Ia menguraikan, untuk 1 juta  butir baterry cell,  baru sekitaran 100 Megawat Hour (MWh) atau 0,1 Gigawatt Hour (GWh). Sementara daya satu butir baterry cell yang diproduksi Intercallin sebesar 3.2 Volt. Sementara kebutuhan daya kendaraan roda dua (motor) EV rata-rata 1.5 KWh, ada juga 2.5 KWh. Kendaraan roda empat (mobil) tipe kecil dayanya kisaran 20 sampai 30 KWh, 20 kali lipat dari daya kendaraan roda dua EV. Mobil tipe medium dayanya kisaran 50 sampai 60 KWh. Untuk bus tipe sedang, mencapai 150 KWh. Bus seperti TransJakarta dayanya sekitar 500 sampai 600 KWh.

750 x 100 PASANG IKLAN

Pages: 1 2 3 4
750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
Core Business

Bincang Kepo

Promo Tutup Yuk, Subscribe !