
Jakarta,corebusiness.co.id-Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump berencana menemui Presiden’ Presiden Rusia Vladimir Putin. Berunding soal minyak.
Harga minyak naik pada Kamis, (7/8/2025), mengakhiri penurunan lima hari berturut-turut, di tengah tanda-tanda permintaan yang stabil di AS, konsumen minyak terbesar dunia, meskipun prospek perundingan AS-Rusia mengenai perang Ukraina meredakan kekhawatiran gangguan pasokan akibat sanksi lebih lanjut.
Menukil Reuters, harga minyak mentah Brent naik 20 sen, atau 0,3 persen, menjadi $67,09 per barel pada Kamis, pukul 00.39 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di level $64,57 per barel, naik 22 sen, atau 0,3 persen.
Kedua indeks acuan tersebut merosot sekitar 1 persen ke level terendah dalam delapan minggu pada hari Rabu setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump tentang kemajuan perundingan dengan Moskow.
Pejabat Gedung Putih pada Rabu (6/8/2025) menyampaikan, Presiden AS Donald Trump kemungkinan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin paling cepat minggu depan, meskipun AS terus bersiap untuk menjatuhkan sanksi sekunder, termasuk kemungkinan terhadap Tiongkok, guna menekan Moskow agar mengakhiri perang di Ukraina.
Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah AS. Namun, pasar minyak tertopang oleh penurunan persediaan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan pekan lalu.
Badan Informasi Energi (EIA) pada Rabu menyatakan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 3 juta barel menjadi 423,7 juta barel pada pekan yang berakhir 1 Agustus, melampaui ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 591.000 barel.
Persediaan turun seiring dengan peningkatan ekspor minyak mentah AS dan peningkatan operasional kilang, dengan utilisasi di Gulf Coast, wilayah kilang terbesar di negara itu, dan West Coast mencapai level tertinggi sejak 2023.
Menurut Kepala strategi di Nissan Securities Investment, unit dari Nissan Securities, Hiroyuki Kikukawa, ketidakpastian perundingan dan situasi penawaran dan permintaan secara keseluruhan dengan produsen-produsen besar yang meningkatkan produksi AS justru membuat investor berhati-hati.
“Ketidakpastian atas hasil KTT AS-Rusia, kemungkinan tarif tambahan terhadap India dan Tiongkok—pembeli utama minyak mentah Rusia—dan dampak tarif AS yang lebih luas terhadap ekonomi global mendorong investor untuk tetap menunggu,” kata Kikukawa.
Ia memperkirakan, dengan rencana peningkatan produksi OPEC+ yang membebani harga, WTI kemungkinan akan tetap berada di kisaran $60-$70 hingga akhir bulan ini. Angka ini merujuk pada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia.
Menambah tekanan pada pembeli minyak Rusia, Trump pada Rabu memberlakukan tarif tambahan sebesar 25 persen untuk barang-barang India, dengan alasan impor minyak Rusia yang berkelanjutan. Pajak impor baru ini akan berlaku 21 hari setelah 7 Agustus.
Trump juga mengatakan bahwa ia dapat mengumumkan tarif lebih lanjut terhadap Tiongkok, serupa dengan bea masuk 25 persen yang diumumkan sebelumnya terhadap India atas pembelian minyak Rusia. (Rif)