
“Tarif Trump menggoncahkan, menggoyangkan, kita harus waspada, dan harus tegar. Tapi, kita tidak panik, tidak boleh grogi. We are so much strenght. Hanya ada will atau tidak, ada keberanian atau tidak, dalam strenght itu,” ujarnya.
Jika bertemu Presiden Trump, Prabowo akan menghormati keputusan Pemerintah AS. Untuk menjaga hubungan baik antarkedua negara yang sudah terjalin cukup lama, Prabowo membuka pintu bagi AS menjalin kerja sama bisnis di Indonesia.
“Ya, kita mohon ada perlakuan yang baik dari Trump,” harapnya.
Menurutnya, jika Pemerintah Indonesia melakukan proteksi yang berlebihan bisa memunculkan kontraksi resesi dan persoalan lainnya.
“Kita tidak mau proteksi. Kita mau selalu membuka. Kita begitu baik, contohnya Eropa, kita izinkan mereka menjual Mercedes Benz, BMW. Begitu kita mau jual kelapa sawit, mereka proteksi. Jepang, berapa puluh tahun Jepang di Indonesia. Jual Toyota, Pajero, Lexus, Toshiba, Hitachi, sementara kita mau jual pisang saja dipersulit. Kita mau berinteraksi dengan bangsa lain. Tapi, kondisinya kadang-kadang dia yang tidak mau. Kita punya hak, dong. Kita ingin rakyat sejahtera seperti rakyat kamu,” urainya.
Prabowo mengemukakan Indonesia mampu meningkatkan taraf perekonomian rakyat. Setidaknya Indonesia mempunyai dua modal besar, yakni populasi sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA).
“Kita diramalkan tahun 2030, pasar mobil kita 2 juta tiap tahun. Kita punya nikel, aluminium, karet, tembaga, dan bahan baku lainnya, untuk membuat mobil. Kenapa kita harus kasih 2 juta untuk orang lain?” tukasnya.
Prabowo memasang target dalam waktu 2 tahun ke depan, dari 2 juta mobil minimal 25 persen produk dalam negeri.
“Jadi, saya kasih target dalam waktu 2 tahun kita harus punya industri mobil yang bisa memproduksi 500 ribu mobil. Mungkin 250 ribu menengah ke bawah, 100 ribu menengah ke atas, 50 ribu atau 20 ribu mobil spesialis, misalnya untuk off road. Saya kira itu wajar,” katanya optimis. (Rif)