Jakarta,corebusiness.co.id-Dua hari jelang berakhirnya masa jabatan Jokowi sebagai Presiden, Kementerian Keuangan telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada Triwulan III 2024 di atas 5,0 persen. Tantangan ekonomi global menjadi pekerjaan rumah Prabowo setelah dilantik sebagai Presiden pada Minggu, 20 Oktober 2024.
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI dalam sidang paripurna MPR di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen (MPR/DPR/DPD RI), Senayan, Jakarta, sekitar pukul 10.00 WIB, Minggu, 20 Oktober 2024.
Di acara pelantikan ini akan ada pertukaran tempat duduk antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan presiden terpilih Prabowo, serta pertukaran tempat duduk Wakil Presiden Ma’ruf Amin dengan Wakil Presiden terpilih Gibran.
Setelah Prabowo-Gibran dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029, rakyat tentu berharap akan ada perubahan di berbagai sektor. Apalagi Prabowo sempat menargetkan pertumbuhan ekonomi di masa kepemimpinannya bakal melonjak naik menjadi 8 persen.
Mengintip neraca perdagangan Indonesia pada Triwulan III 2024, memang mencatatkan surplus sebesar US$3,26 miliar pada September 2024. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, konsistensi tren surplus tersebut membuktikan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah stagnasi ekonomi global.
Capaian tersebut memperpanjang tren surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi 53 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020. Hingga September 2024, akumulasi surplus tercatat mencapai US$21,98 miliar.
“Hal tersebut juga mencerminkan ekonomi kita yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah menunjukkan hasil positif. Tentunya hal ini menjadi modal yang baik untuk masa yang akan datang,” kata Febrio dalam keterangan tertulis.
Menurutnya, aktivitas perdagangan Indonesia yang mencatatkan kinerja baik hingga September menjadi sinyal positif bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2024.
Kementerian Keuangan, kata Febrio, memproyeksikan pada triwulan tersebut ekonomi Indonesia masih akan tumbuh di atas 5,0 persen di tengah tantangan ekonomi global.
“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah-langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia menyampaikan aktivitas ekspor Indonesia pada September 2024 masih tercatat sebesar US$22,08 miliar di tengah tekanan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur global yang masih terkontraksi 48,8 pada September 2024. Kondisi tersebut ditopang oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 8,13 persen (year on year/yoy).
Sementara itu, ekspor sektor migas tercatat mengalami penurunan. Kontributor utama yang mendorong peningkatan ekspor nonmigas di antaranya besi dan baja, bahan bakar mineral, nikel dan barang daripadanya, serta logam mulia dan perhiasan/permata.
Secara sektoral, pertumbuhan terbesar pada sektor pertanian sebesar 38,76 persen (yoy), diikuti sektor pertambangan dan lainnya sebesar 9,03 persen (yoy), dan juga sektor industri pengolahan sebesar 7,11 persen (yoy). Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang tetap menjadi negara mitra utama dengan kontribusi ketiganya sebesar 43,57 persen terhadap total ekspor nonmigas Indonesia. Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari hingga September 2024 tercatat mencapai US$192,85 miliar.
Sementara impor bulan September 2024 tercatat sebesar US$18,82 miliar atau naik 8,55 persen (yoy). Kenaikan impor tersebut didorong oleh kenaikan impor nonmigas sebesar 16,29 persen (yoy) di tengah penurunan impor migas sebesar 24,04 persen (yoy). Kenaikan tertinggi terjadi pada impor barang modal sebesar 18,44 persen (yoy), disusul oleh impor barang konsumsi sebesar 11,30 persen (yoy) dan bahan baku penolong sebesar 5,87 persen (yoy).
Penyumbang terbesar impor nonmigas adalah komoditas plastik dan barang dari plastik, mesin/peralatan mekanis, dan mesin/perlengkapan elektrik dengan kontribusi ketiganya sebesar 31,38 persen terhadap total impor nonmigas. Secara kumulatif dari Januari hingga September 2024, nilai impor Indonesia tercatat mencapai US$170,87 miliar.
Prabowo-Gibran tentu sudah menyiapkan strategi dan program-programnya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di masa kepemimpinan Jokowi-Ma’ruf Amin yang masih berkutat di angka 5,0 persen. (Rif)