
Tanpa perangkap-perangkap ini, kata PSG, migas akan terus naik ke permukaan dan menguap, sehingga tidak bisa dikumpulkan dan dimanfaatkan.
“Setelah memahami bagaimana minyak dan gas bisa terjebak, langkah selanjutnya adalah bagaimana manusia menemukannya,” kata PSG.
Diutarakan, para ahli geologi melakukan eksplorasi menggunakan teknologi canggih seperti gelombang seismik dan pengeboran sumur yang kemudian diuji di laboratorium. Jika hasilnya positif, barulah dilakukan pengeboran produksi untuk mengalirkan minyak dan gas ke permukaan.
“Salah satu tugas dan fungsi Pusat Survei Geologi (PSG), Badan Geologi, ESDM, adalah berperan aktif dalam memperbarui status peta cekungan sedimen Indonesia, meningkatkan daya tarik investasi, serta menata dan memperkuat basis data geologi migas nasional,” jelasnya.
Selain itu, PSG juga menjadi rujukan nasional dalam penyediaan data dan informasi geologi, sehingga kebijakan energi berbasis migas dapat dibuat dengan landasan ilmiah yang kuat.
Menurutnya, upaya ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto dalam Asta Cita yang menargetkan swasembada energi. Kemandirian energi merupakan salah satu pilar kekuatan dan kemajuan bangsa, sehingga peran PSG sangat strategis dalam mewujudkan Ketahanan Energi Nasional Indonesia.
Jadi, masih menurut PSG, minyak dan gas bumi yang dipakai setiap hari sebenarnya adalah energi dari masa lalu, yang tersimpan rapi di dalam bumi berkat proses alami yang sangat panjang.
“Mengetahui bagaimana mereka terjebak di alam membantu kita memahami pentingnya ilmu geologi, eksplorasi, dan pemanfaatan energi secara bijak,” saran PSG. (Red)