
Apakah PLTN bisa dibangun dengan kapasitas besar? Jawabnya bisa. Dari 29 tapak potensial pembangunan PLTN, kapasitas paling kecil di Pulau Bintan, sebesar 100 MW. Sedangkan di Pulau Batam kapasitasnya 500 MW. Selebihnya, minimal berkapasitas 1 GW atau setara 1.000 MW. Kapasitas PLTN ini sama dengan kapasitas yang ditawarkan vendor atau perusahaan PLTN dari China, Rusia, Korea Selatan, dan Kanada.
Di antara perusahaan nuklir tersebut sudah ada yang datang ke Bapeten, misalnya ingin mengajukan syarat perizinan?
Perusahaan yang secara formal mengajukan persyaratan PLTN ke Bapeten baru PT Thorcon Power Indonesia. Perusahaan nuklir dari China dan Rusia pernah datang ke Bapeten, namun baru sebatas diskusi.
Dari dokumen-dokumen yang diserahkan Thorcon, setelah dilakukan evaluasi oleh Bapeten masih ada yang harus lengkapi dan dilakukan perbaikan. Jadi, Bapeten bukan menolak pengajuan persyaratan Thorcon. Berkas yang dikembalikan Bapeten untuk dilakukan perbaikan oleh Thorcon.
Apa saja manfaat bagi Indonesia jika sudah mempunyai PLTN?
Jika bisa mengoperasikan PLTN, mungkin Indonesia berada di urutan ke-33 di dunia. Di dunia ini, yang sudah mengoperasikan PLTN sekitar 30-an negara. Jadi, jumlahnya masih sedikit. Maka, akan menjadi kebanggaan bagi Indonesia. Artinya, Indonesia sudah bisa mengoperasikan PLTN, dan Indonesia mempunyai kemampuan sejajar dengan 30 negara tersebut.
Secara konkret, mengapa Indonesia membutuhkan PLTN. Pertama, Indonesia ikut mengurangi terjadinya perubahan iklim yang kondisinya saat ini tidak menentu. Listrik dari energi nuklir pun ikut mengurangi penggunaan energi berbasis fosil yang mengandung karbon. Dan Indonesia telah menargetkan Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060.
Kedua, energi listrik dari nuklir harganya lebih kompetitif dibandingkan energi listrik berbasis batubara. Ketiga, PLTN tidak mengenal musim, pasokannya stabil terus. Sementara energi lain, seperti berbasis surya dan angin tergantung cuaca. Bahkan energi listrik berbasis nuklir bisa bekerja stabil selama 2 tahun. Setelah 2 tahun dilakukan pergantian bahan bakar.
Selanjutnya keempat, PLTN menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Dengan demikian, maka akan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat Indonesia. Kelima, kita bisa menguasai teknologi yang lebih kompleks.
Teknologi PLTN, memang, risikonya cukup tinggi. Dengan manajemen yang bagus, risiko tersebut bisa dikendalikan. Karena itu, semua pihak, termasuk SDM yang bekerja di sektor PLTN harus mempunyai komitmen melaksanakan protap dan standardisasi keselamatan yang sama. Jika ada yang menyimpang, segera dilaporkan.
Jadi, ada kebanggaan jika Indonesia bisa mengoperasikan PLTN. Derajat Indonesia bisa terangkat di mata internasional. Dan Indonesia bisa duduk sejajar dengan negara-negara yang telah mengoperasikan PLTN. (Syarif)