Oleh: Khudori
DI lini masa muncul pemberitaan ihwal harga beras di pasar dunia turun drastis. Harga beras turun 42%: dari US$650 per ton tahun lalu sekarang US$340 per ton. Ini terjadi karena Indonesia tidak impor beras seperti dua tahun terakhir. Diberitakan harga beras di pasar dunia naik tinggi ketika Indonesia mengimpor beras hingga 4,5 juta ton di 2024 dan tahun ini harga terjun bebas karena RI tidak impor beras.
Benarkah informasi itu? Merujuk data Bank Dunia dan Index Mundi, harga tertinggi beras Thailand broken 5% dari 2021 hingga November 2025 terjadi di Januari 2024: US$660 per ton. Harga di November 2025: US$368 per ton. Artinya harga saat ini lebih rendah 44% ketimbang Januari 2024. Secara umum, pada periode yang sama harga beras di pasar dunia turun drastis. Beras Vietnam (broken) 5% turun dari US$625,5 per ton jadi US$359,8 per ton. Hal serupa terjadi pada beras Pakistan 5% dan India 5%.
Harga beras dunia yang rendah saat ini merupakan bagian dari fluktuasi berulang. Sebelum pandemi Covid-19 (Januari 2017-Desember 2019), rerata harga beras Thailand 5% sekitar US$412,53 per ton, selama dan setelah pandemi Covid-19 (Januari 2020 Desember 2024) rerata harganya US$506,77 per ton, dan selama 2025 rerata harganya mencapai US$403,67 per ton. Pada tiga periode yang sama, harga beras Vietnam 5% masing-masing sebesar US$373,76 per ton, US$472 per ton, dan US$381,61 per ton.
Data-data menunjukkan apabila tidak ada goncangan pasokan-permintaan harga beras global sekitar US$400-an per ton. Sebaliknya, apabila ada goncangan pasokan, harga beras akan terdorong naik. India, eksportir beras dunia dengan pangsa sekitar 40%, beberapa kali melakukan pembatasan ekspor beras ke pasar dunia. Baik pada saat pandemi Covid-19 maupun setelahnya. Sebagai eksportir nomor satu dunia, langkah India itu berdampak langsung pada harga beras di pasar dunia: harga beras meroket.
Data FAO dan Bank Dunia menunjukkan, harga ekspor beras untuk kualitas patahan 5% di semua negara eksportir sepanjang 2025 konsisten menurun. Di India harga ekspor beras broken 5% sepanjang tahun ini turun 19%. Pada periode yang sama, harga beras ekspor patahan 5% asal Thailand, Amerika Serikat, Uruguay, dan Pakistan masing-masing turun 17,6%; 20,7%; 31,4%; dan 22,3%. Harga ekspor beras patahan 5% asal Brazil turun 31,4% dan dari Argentina turun 38,7%. Penurunan terendah terjadi di Vietnam: 13,2%.
Merujuk data FAO, prospek produksi beras yang lebih baik di banyak negara produsen dan peningkatan ekspor beras India tampaknya lebih tepat untuk menjelaskan fenomena anjloknya harga beras dunia saat ini. Ketimbang alasan karena Indonesia tidak impor beras tahun ini. Mengapa? Pertama, produksi beras di negara-negara produsen membaik. Merujuk perkiraan FAO, produksi beras global 2024/2025 mencapai 549,9 juta ton, naik 14,7 juta ton atau 2,74% dibandingkan produksi pada 2023/2024 (535,2 juta ton).
Perkiraan FAO sejalan dengan United State Department of Agriculture (USDA) yang memperkirakan produksi beras global 2024/25 mencapai 541,3 juta ton, lebih tinggi 17,3 juta ton dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan produksi tertinggi terjadi di India: dari 137,8 juta ton pada 2023/2024 menjadi 150 juta ton pada 2024/2025 atau naik 8,8%. Merujuk USDA, kenaikan produksi beras Indonesia sebesar 3,3%, Thailand 4%, Brazil 20,8%, dan AS 2,8%. Kenaikan serupa juga terjadi di Kamboja dan Myanmar.