160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN

Ketum Perpadi Soetarto Bicara Kendala dan Solusi Industri Perberasan di Indonesia

Ketum Perpadi, Soetarto Alimoeso. Foto: corebusiness.co.id.
750 x 100 PASANG IKLAN

SITUASI industri perberasan di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Mulai muncul isu beras oplosan, penangkapan pelaku pengoplosan beras, kelangkaan ketersediaan beras di pasar tradisional dan modern, harga gabah dan beras di luar ketentuan HPP, dan harga jualnya di atas HET, hingga gonjang-ganjing lainnya.

Baru-baru ini pemerintah mewacanakan akan menghapus klasifikasi beras medium, premium, submedium, dan beras pecah, menjadi nama: beras reguler atau beras umum. Apakah dengan pergantian klasifikasi beras itu akan meredam kekisruhan yang masih terjadi hingga detik ini.

corebusiness.co.id mencoba menggali sebab munculnya polemik serta solusi untuk tetap melajunya industri perberasan di Indonesia dengan mewawancarai Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Soetarto Alimoeso. Berikut petikan wawancaranya:

Pemerintah mewacanakan akan mengubah klasifikasi beras medium, premium, submedium, dan beras pecah menjadi beras reguler dan khusus. Pandangan Anda?

750 x 100 PASANG IKLAN

Pasti semua ada untung ruginya. Saat ini klasifikasinya kan ada beras khusus, medium, premium, submedium, dan beras pecah. Kebijakan ini untuk mengantisipasi keadaan di lapangan salah satunya supaya konsumen tidak dirugikan. Tentunya juga produsen gabah dan penggilingan padi tidak dirugikan, syukur bisa diuntungkan.

Mengatur industri perberasan nampaknya tidak mudah. Klasifikasi beras medium, premium, submedium, beras pecah, termasuk diatur HET, baru diatur tahun 2017.

Kami dari Perpadi sejak awal telah mengusulkan bahwa perbedaan harga antara medium dan premium tidak terlalu jauh. Karena perbedaan spek teknisnya juga tidak terlalu beda. Perbedaannya paling hanya persentasi broken atau patahan beras, sementara syarat lainnya sama.

Jika selisih harga beras medium dan premium terlalu jauh, pasti akan terjadi persaingan yang cenderung tidak sehat, khususnya dalam memperoleh bahan baku. Kenapa? Karena penggilingan padi kecil umumnya hanya bisa memproduksi beras medium.

750 x 100 PASANG IKLAN

Sedangkan penggilingan padi kelas menengah dan besar, karena mereka sudah modern, bisa memproduksi beras premium, apalagi medium. Sehingga, secara berulang-ulang pada saat suplai gabah kurang, terjadi perebutan gabah cukup serius, kemudian dilakukan pembelian harga gabah. Jika pembelian harga sudah naik, turunnya kan susah. Kemudian nanti harganya disesuaikan lagi, disesuaikan lagi.

Ketika pengontrolan tersebut diamanahkan ke Badan Pangan Nasional, usulan Perpadi diterima oleh lembaga ini. Kemudian dilakukanlah perubahan-perubahan, sehingga selisih harga antara beras medium dengan premium semakin mendekat. Tapi tidak secara sporadis, dilakukan secara gradual. Sekarang kan selisihnya masih ada sekitar Rp 2.400 per kilogram, dari harga jual Rp 12.500 sampai Rp 12.900 per kilogram. Selisih itu pun sebenarnya masih jauh. Karena hitung-hitungan Perpadi sebaiknya disparitasnya maksimum Rp 1.500 per kilogram.

Terjadinya perbedaan ini pasti ada peluang persaingan ketika proses pengadaan bahan baku. Ini benar-benar harus dicermati.

750 x 100 PASANG IKLAN

Pages: 1 2 3 4
750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
ANINDYA

Tutup Yuk, Subscribe !