Apakah hanya faktor pendidikan ?
Tidak hanya pendidikan, tapi juga lapangan pekerjaan. Kalau pendidikannya sukses sementara tidak ada lapangan pekerjaan, ini tidak seimbang juga. Pasti kemiskinan akan bertambah. Seandainya Jakarta dari segi pendidikannya baik, saya yakin tidak ada lagi pengangguran.
Tidak hanya persoalan persentase penganggurannya, tapi yang terpenting adalah transfer ilmu terhadap perkembangan masyarakat Jakarta itu betul-betul form. Yang bisa dirasakan dan sebagainya. Masyarakat Jakarta itu gampang. Kalau sekolah gratis, berobat gratis, tinggal dia fokus pada pendidikannya. Karena sudah gratis.
Bagi gubernur nanti yang terpilih, saya mengimbau, cobalah dibagi zonasi. Sekarang ini saya lihat, ada guru yang tinggalnya di Pondok Labu, tapi mengajar di Sunter. Ini sudah tidak efektif, bisa memengaruhi emosional gurunya ketika mengajar anak didiknya.
Anda sebutkan dukungan Forkabi kepada Pramono-Rano karena Anies Baswedan tidak bisa berkontestasi pada Pilkada Jakarta 2024. Apa dukungan ke Pram sebagai bentuk kekecewaan?
Tidak seperti itu. Dari ketiga kandidat ini, menurut saya, Paramono–Rano yang paling tepat untuk didukung Forkabi. Karena Mas Pram tinggal di Cipete sudah bertahun-tahun. Sama orang Betawi di Cipete, dia sudah hapal betul. Saya tahu sepak terjang beliau. Walaupun kita lain partai. Sama masyarakat dan ulama di Cipete, dia kenal. Dia sudah beradaptasi berpuluh-puluh tahun. Saya tahu betul, karena tinggalnya satu kelurahan dengan saya.
Sementara Rano Karno atau Bang Doel, dia mengangkat harkat dan martabat Betawi, lewat sinetron si-Doel Anak Sekolahan. Itu motivasi. Orang lain bisa peduli dengan Betawi, kenapa orang Betawi tidak peduli dengan Betawinya sendiri. Itu yang menjadi motivasi dan alasan saya mendukung keduanya.
Oktober lalu, Forkabi mendeklarasikan dukungan untuk calon gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung-Rano Karno. Sebagai Ketua Umum Forkabi, Anda yakin semua anggota Forkabi di bawah kepemimpinan Anda solid dengan dukungan ini?
Oh iya, untuk Jakarta satu komando. Di Jakarta itu ada Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu. Itu satu komando. Itu yang saya pimpin. Saya juga ingin sekali agar anak-anak Forkabi melek politik. Karena nanti akan memberikan dampak bagi generasi yang akan datang.