Haendra mencontohkan manfaat iradiasi pangan, dapat menghilangkan mikroba dan mengendalikan serangga serta hama lainnya sekaligus menjaga kandungan nutrisi, rasa, dan kualitas makanan secara keseluruhan. Teknologi ini juga dapat menghentikan penyebaran hama serangga, namun tidak mengubah suhu atau meninggalkan residu.
Bapeten berharap, implementasi pembangunan ekosistem iradiasi pangan dapat mengurangi pangan yang terbuang antara 10 persen-30 persen dan meminimalisir kerugian ekonomi nasional antara 10 persen-25 persen.
“Fasilitas iradiasi pangan ini bisa ditempatkan di pelabuhan ekspor dan sentra-sentra pangan,” imbuhnya.
Tahapan Program Iradiasi Pangan
Hendra mengatakan, pembangunan ekosistem iradiasi pangan butuh kolaborasi dari berbagai pihak terkait, baik kementerian dan lembaga pemerintah, hingga pihak swasta. Terlebih dibutuhkan investasi untuk fasilitas iradiasi.
Ia menjabarkan tahapan pembangunan ekosistem iradiasi pangan, mulai dari jangka pendek (2,5 bulan), jangka menengah (1 tahun), dan jangka panjang (2 tahun). Tahap jangka pendek, disebutkan Haendra, yaitu pembentukan tim, melakukan kajian-kajian kebijakan, menyusun naskah urgensi, menyusun rancangan awal Perpres, dan membangun kolaborasi dengan stakeholders.
Tahapan jangka menengah, yaitu menyelenggarakan konsultasi publik, penyusunan RPerpres, penetapan standardisasi kompetensi SDM, dan membangun jejaring pentahelix. Kemudian tahapan jangka panjang, di antaranya me-review perizinan, penyusunan dokumen Investment Project Ready to Offer (IPRO) berskala internasional, pembinaan stakeholders, dan kick-off rencana induk. (Rif)