160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
750 x 100 PASANG IKLAN

Refleksi Hari Kesehatan Nasional 2025: Utamakan Kebijakan Kesehatan Berbasis Promotif dan Preventif

750 x 100 PASANG IKLAN

Oleh: Tulus Abadi

GENERASI Sehat, Masa Depan Hebat. Itulah tema Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2025 pada 12 November; sebuah tema yang membangkitkan spirit positif. Generasi muda yang sehat, memang menjadi fondasi untuk menorehkan masa depan yang hebat. Dalam hal ini, konteksnya sering diklaim adanya fenomena bonus demografi bahkan generasi emas.

Generasi yang sehat menjadi anak tangga menuju masa depan yang hebat, baik pada konteks individual dan atau masa depan kolektif sebagai generasi bangsa. Spirit semacam ini perlu digaungkan tersebab di lapangan terjadi fenomena yang paradoks, baik pada konteks perilaku generasi mudanya, dan atau pada konteks kebijakan dan regulasi.

Berikut ada beberapa catatan refleksi pada HKN 2025. Pertama, dari sisi kesehatan publik, kebijakan yang digulirkan pemetintah masih dominan berbasis kuratif, yang ditandai dengan penguatan pembangunan infrastruktur kesehatan. Di sisi lain, pemerintah masih minim melakukan kebijakan yang berbasis promotif preventif. Keduanya memang harus berjalan paralel, tetapi aspek promotif dan preventif sejatinya menjadi kunci untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.

750 x 100 PASANG IKLAN

Sementara aspek kuratif sejatinya hanya berdampak pada sisi hilir saja. Jika aspek hulu (promotif preventif) tidak menjadi prioritas, maka belanja kesehatan untuk aspek kuratif akan semakin mahal dan tak terkendali. Sebab, secara sosiologis, patut menjadi kewaspadaan kita semua, bahwa perilaku generasi muda kita yang makin minim aktivitas fisik, tersandera oleh gadget-nya.

Generasi muda juga tersandera pola makan/minum yang tidak sehat, kurang mengakomodasi gizi seimbang, malas minum air putih, minim asupan buah dan sayur-sayuran. Di sisi lain justru gemar menyantap makanan/minuman yang tinggi gula, tinggi garam, dan tinggi lemak (GGL).

Generasi muda kita makin gandrung dengan minuman manis dalam kemasan (MBDK), yang prevalensi konsumsinya mencapai 25,5 persen. Bahkan anak-anak sangat mudah mengakses produk MBDK di warung-warung, dengan harga yang amat murah. Akibatnya potensi dan prevalensi kegemukan bahkan obesitas di kalangan remaja dan anak di Indonesia cukup signifikan.

Menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan dan obesitas mencapai 19,7 persen pada anak usia 5-12 tahun; dan 16 persen pada anak usia 13-15 tahun. Kegemukan dan obesitas adalah warning serius terhadap kesehatan mereka, bahkan masa depan mereka.

750 x 100 PASANG IKLAN

Relevan dengan tingginya prevalensi pola konsumsi produk MBDK, remaja dan anak Indonesia juga gandrung dengan konsumsi rokok, baik rokok konvensional dan atau rokok elektronik. Data SKI 2023 lagi lagi membuktikan bahwa terdapat sekitar 6 juta anak Indonesia adalah menjadi perokok (7,4 persen). Sebuah fakta yang amat mengkhawatirkan. Prevalensi rokok elektronik melompat hingga 10 kali lipat, kini menjadi 3 persen, dari semula hanya 0,3 persen.

Tren prevalensi konsumsi rokok akan makin meninggi, baik untuk perokok dewasa dan anak-anak, karena Menkeu Purbaya tidak menaikkan cukai rokok untuk 2026. Menkeu Purbaya lebih memilih “kesehatan” finansial industri rokok, yang sejatinya terus melangit (untuk industri rokok besar), daripada memilih kesehatan masyarakat dan anak anak Indonesia.

Pages: 1 2
750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
ANINDYA

Tutup Yuk, Subscribe !