
Saat ini, aliran beras dari penggilingan ke pasar jumlahnya menurun. Hal serupa terjadi pada pedagang beras. Penurunan aliran beras produksi penggilingan ke pasar juga terekam dalam survei Ombudsman RI terhadap 88 penggilingan di 23 provinsi pada 18-30 Agustus yang dirilis 3 September 2025. Penurunan produksi itu akibat langsung dari penurunan pembelian gabah oleh penggilingan. Ini bisa dimaklumi. Selain harga tinggi, gabah di pasar terbatas. Gabah yang terbatas itu diperebutkan banyak pihak.
Sebagai gambaran, produksi beras Januari-Agustus dikurangi konsumsi pada periode yang sama diperkirakan ada surplus 4,3 juta ton beras. Dari jumlah ini, hampir 3 juta ton diserap Bulog. Sisanya sebesar 1,3 juta ton diperebutkan ratusan ribu penggilingan dan pedagang. Jika diubah dalam bentuk gabah, jumlahnya kira-kira dua kalinya, yaitu 2,6 juta ton gabah. Apakah jumlah gabah ini termasuk besar? Tidak.
Dari sini tampak ketika Bulog menjadi pembeli awal, sebagai konsekuensi memenuhi target penyerapan 3 juta ton beras, terjadi penyedotan gabah/beras besar-besaran di pasar. Terjadi migrasi stok yang biasanya ada di masyarakat beralih ke Bulog. Inilah yang membuat penyerapan Bulog di Mei 2025 mencapai 2,276 juta ton beras. Ditambah stok akhir tahun, tercipta stok terbesar sepanjang sejarah: 4 juta ton beras.
Pada September dan Oktober 2025 diperkirakan ada surplus 0,53 juta ton dan 0,09 juta ton beras. Pada November dan Desember, mengikuti pola berpuluh tahun lalu, selalu defisit. Tiga tahun terakhir defisit November 0,69 juta ton dan Desember 1,43 juta ton beras. Defisit ini harus ditutup dari stok yang ada. Masalahnya, jika stok di penggilingan dan pedagang tipis, penutupan defisit sepenuhnya bergantung pada stok Bulog. Jika aliran stok beras di Bulog ke pasar tidak deras seperti saat ini, pada titik tertentu bisa terjadi kelangkaan. Ini bisa mengguncang politik nasional.
Ini adalah salah satu pelajaran penting dan mahal dari pengalihan anggaran penyaluran kemudian diubah buat penyerapan/pengadaan. Dana yang dianggarkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencapai Rp16,6 triliun. Itu sudah direncakan akhir 2024. Anggaran ini untuk operasi pasar SPHP dan bantuan pangan beras 10 kg per bulan untuk 16 juta keluarga. Bantuan pangan rencananya dikucurkan selama 6 bulan.