160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN

Pelajaran Mahal Pengalihan Anggaran Penyaluran ke Penyerapan Beras

750 x 100 PASANG IKLAN

Oleh: Khudori

TERDAPAT pembelajaran penting dan mahal dari pengalihan anggaran perberasan tahun ini: anggaran penyaluran beras di hilir dialihkan untuk penyerapan beras di hulu. Pengalihan itu membuat penugasan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menyerap gabah/beras produksi petani sebesar 3 juta ton bisa dijalankan relatif baik, bahkan telah memecahkan rekor stok beras terbesar sepanjang sejarah. Akan tetapi, tanpa banyak disadari, pengalihan anggaran itu membuat beras menumpuk di gudang karena tidak ada kepastian penyaluran.

Seperti diulas dalam analisis “Alternatif Pengendalian Harga Beras”, 29 Agustus 2025, stok beras di gudang Bulog amat besar. Saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) itu sekitar 3,9 juta ton. Jika target penyaluran beras untuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) 1,3 juta ton dari Juli-Desember 2025 tercapai dan 366 ribu ton bantuan pangan beras tersalurkan semua, stok beras akhir tahun Bulog masih sebesar 2,684 juta ton. Ini jumlah yang amat besar.

Rentang 2014-2024, stok beras akhir tahun Bulog tidak pernah ada yang mencapai sebesar itu. Selama 11 tahun itu stok beras akhir tahun Bulog terbesar terjadi di 2018: 2.028.850 ton. Saat itu stok beras akhir tahun besar, karena ada ‘kesalahan’ dalam impor beras yang mencapai 1,778 juta ton. Impor yang dipaksakan itu membuat beras impor relatif tidak ada gunanya. Justru beras impor menjadi masalah di tahun berikutnya hingga berujung kontroversi disposal sekitar 20 ribu ton CBP.

750 x 100 PASANG IKLAN

Bagi Bulog, stok beras akhir tahun yang besar akan menimbulkan konsekuensi tidak mudah. Selain ada risiko turun volume, beras juga berpotensi turun mutu dan bahkan rusak. Risiko ini muncul karena dari 3,9 juta ton yang ada di gudang Bulog saat ini ada ratusan ribu ton beras berusia lebih setahun. Sebagian besar sisa impor 2024. Bisakah dipastikan beras ‘berusia tua’ itu tersalurkan semua di tahun ini jika penyaluran kecil? Jika beras ‘tua’ tidak tersalurkan semua tahun ini, usianya akan bertambah di awal tahun depan. Bagaimana kualitas beras itu nantinya?

Lalu, beras penyerapan dari gabah segala kualitas (any quality) di tahun ini hampir bisa dipastikan kualitasnya tidak bagus. Beras seperti ini tidak mungkin disimpan berlama-lama. Dihadapkan pada pilihan tidak mudah seperti ini, prinsip FIFO (firt in first out) tidak bisa diterapkan secara kaku. Bisa jadi beras yang belum berusia empat bulan harus disalurkan terlebih dahulu karena ada risiko turun mutu dan rusak. Jika penyaluran beras hingga akhir tahun kecil, risiko besar menumpuk di awal 2026.

Bagi masyarakat, stok beras yang hanya ditumpuk di gudang Bulog itu membuat harga beras di pasar tidak terkendali. Tanda-tanda kenaikan harga beras muncul di April 2025, dampak dari kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dari Rp6.000 per kilogram menjadi Rp6.500 per kilogram di tingkat petani. Harga terus naik di Mei, Juni, Juli, dan Agustus. Intervensi baru dilakukan pertengahan Juli lalu. Sudah terlambat. Selama tujuh dari delapan bulan, dari Januari-Agustus 2025, beras jadi penyumbang inflasi.

Intervensi dilakukan dengan menyalurkan beras SPHP melalui operasi pasar. Juga menyalurkan bantuan pangan beras 10 kg per bulan kepada 18,3 juta keluarga pada Juli-Agustus 2025. Ketika harga sudah naik tinggi intervensi tidak selalu manjur. Apalagi kalau jumlah beras operasi pasar yang dialirkan ke pasar masih terbatas dan belum menjangkau wilayah luas seperti saat ini. Terbukti harga beras, medium dan premium, di atas harga eceran tertinggi (HET).

750 x 100 PASANG IKLAN

Pages: 1 2 3
750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
ANINDYA

Tutup Yuk, Subscribe !