Keinginan Didik Wahyudi remaja terbilang sederhana, kelak ia ingin merantau ke daerah lain, seraya mencoba mencari tantangan dan peluang baru dalam hidupnya. Setelah sepuluh tahun bekerja di perusahaan minyak Caltex dan sempat merantau ke berbagai negara, sejak tahun 2001 Didik memutuskan pijakan kakinya di PT Mitra Prana Abadi Sentosa (PT MPAS). Toh, hingga detik ini ia masih wara-wiri untuk melayani perusahaan minyak yang menjalin kerja sama jasa pengukuran produksi minyak dengan teknologi modern yang disebutnya Accuflow.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Setelah menggondol gelar sarjana teknik dari sebuah perguruan tinggi di Surabaya, Jawa Timur, pada akhir 1990, setahun kemudian Didik Wahyudi diterima bekerja di PT Caltex. Caltex merupakan nama perusahaan patungan antara Chevron dan Texaco yang didirikan pada tahun 1936. Pada tahun 2001, kedua perusahaan induk tersebut bergabung untuk membentuk ChevronTexaco, sebelum akhirnya berganti nama menjadi Chevron pada tahun 2005, selanjutnya berganti nama lagi menjadi Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Mengawali karier sebagai pegawai di Caltex, Didik dipercaya melaksanakan pekerjaan di divisi engineering. Pekerjaan pertama yang diberikan pria berkulit putih ini bersama tim dari Caltex mengerjakan proyek pembangunan konstruksi instalasi listrik di area penampungan dan pemrosesan minyak mentah di Lapangan Minyak Duri, Kepulauan Riau.
Ketika itu, memang sedang gencar-gencarnya kegiatan eksplorasi dan produksi minyak di Lapangan Minyak Duri. Caltex ketika itu sedang masa keemasan, perusahaan memproduksi minyak kira-kira 750 ribu barel per hari (bph). Untuk proyek minyak di Lapangan Minyak Duri saja produksinya rata-rata 300 ribu bph.
“Sebagai engineer electro, tugas saya berhubungan dengan kelistrikan. Seiring berjalannya waktu, saya tidak hanya mengurusi listrik saja, namun menangani mekanik, kimia, dan sebagainya, namun tetap mendukung proyek instalasi listrik. Saya ikut membangun proyek kontruksi untuk area 4, 5, dan 7, dan area lainnya di Lapangan Minyak Duri,” kenang Didik ketika berbincang dengan corebusiness.co.id di kantornya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Kisaran tahun 1999, Didik mendapat kesempatan dari Caltex mengikuti Uji Job Training ke beberapa negara. Selama mengikuti UJT, dia berkenalan dengan banyak tenaga asing yang di Caltex di negara tersebut. Networking Didik pun pun semakin luas.
“Dalam program UJT itu, saya ditugaskan untuk belajar dan banyak berkenalan dengan para peneliti. Ujung-ujungnya berkenalan dan berteman baik dengan seorang penemu alat pengukur produksi minyak atau well test, yang saat ini sedang saya kembangkan di bawah bendera PT Mitra Prana Abadi Sentosa,” tuturnya.
Sekitaran setahun melanglang buana di negara lain sambil memperdalam ilmu perminyakan, pada tahun 2000 Didik memutuskan berhenti bekerja dari Caltex. Setelah menemukan partner bisnis yang dirasakan on the track, pada tahun 2001 Didik dan partner-nya mendirikan PT Mitra Prana Abadi Sentosa (PT MPAS). Bidang bisnis perusahaan masih bersentuhan dengan minyak dan gas (migas).
“Perjalanan kami membangun PT Mitra Prana Abadi Sentosa di tahun 2001 penuh perjuangan dan doa. Ketika itu semua serba minimalis, hanya beberapa orang saja. Saya sebagai tenaga inti di PT MPAS,” ujar Direktur Utama PT MPAS.
Di awal-awal menjalankan roda perusahaan, PT MPAS sebagai pembuat dan penjual alat pengukur produksi minyak atau well test dari sumur-sumur minyak. Seiring waktu, PT MPAS mengembangkan layanan jasa atau Well Test Services Company di tahun 2009.
“Setelah perusahaan menambah layanan jasa well test, baru dilakukan perekrutan karyawan. PT MPAS juga memberikan pelatihan kepada karyawan baru hingga mereka menjadi tenaga terlatih dan berkompeten untuk melakukan bidang pekerjaan yang ada di MPAS,” jelasnya.
Ia cerita, pengembangan layanan jasa well test diawali ketika PT MPAS mempunyai sebuah teknologi Accuflow. Teknologi Accuflow merupakan pengembangan dari teknologi lama atau disebut Konventional Well Test Separator, dikembangkan menjadi lebih kompleks, sehingga dari sisi biaya menjadi lebih rendah dan cara pengoperasiannya lebih efisien dan simpel.
“Accuflow sendiri sudah dikembangkan tahun 90-an,” imbuhnya.
Didik mengutarakan, yang namanya kerja di dunia perminyakan, PT MPAS harus mengikuti prosedur yang berlaku dari perusahaan minyak. Sebagai kontraktor, jika ingin menjalin kerja sama jasa well test di perusahaan minyak, terlebih dulu mengikuti proses dan ketentuan tender.
“Bagaimana PT MPAS bisa mendapatkan kepercayaan dari perusahaan minyak, melalui perjuangan dan doa. PT MPAS diberi kepercayaan tentu dengan pertolongan Tuhan bahwa pada akhirnya perusahaan minyak yang cukup besar memberikan kepercayaan kepada kami untuk memberikan layanan jasa well test yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan minyak tersebut,” urai Didik.
Merekam Data Produksi Minyak secara Akurat
Jasa pengukuran produksi minyak yang disediakan PT MPAS bisa diterapkan di sumur-sumur minyak, baik di kawasan onshore (daratan) maupun offshore (lepas pantai).
Didik menjelaskan teknis cara kerja well test teknologi Accuflow. Pada dasarnya pengukuran produksi minyak dilakukan dengan cara meletakkan Accuflow dekat dengan sumur minyak.
“Jadi, dalam satu instalasi sumur minyak ada kepala sumur atau well head. Kemudian, Accuflow yang telah dihubungkan dengan jalur pipa produksi diletakkan di dekat kepala sumur minyak tersebut,” jelasnya.
Tahap selanjutnya, aliran minyak dari sumur yang dikoneksikan ke Accuflow dilakukan pengukuran, mulai dari tekanan suhu, uap, laju alir minyak, termasuk mengukur unsur-unsur material dari sumur minyak tersebut. Perekaman unsur-unsur material itu secara komputerisasi.
Accuflow mengukur, baik kondisi operasional maupun kondisi aktual, hingga melaporkan data setelah minyak mentah dikonversi menjadi laporan dalam bentuk satuan standar produksi minyak. Laporan data itu dilakukan dengan menggunakan alat-alat elektronik dan serba digitalisasi yang sangat memperhatikan akurasi pendataan.
“Kita sudah memproduksi satu alat dengan sistem komputerisasi yang bisa melakukan pengukuran produksi sumur minyak, dan hasil penghitungan produksi langsung dilakukan di lokasi. Begitu selesai, laporan penghitungan produksi minyak langsung dikirim ke perusahaan minyak secara online,” terangnya.
Menurutnya, metode pengukuran produksi minyak di onshore maupun offshore teknis kerjanya mirip, hanya lokasi dan situasinya saja yang berbeda.
Mengenai waktu yang dibutuhkan Accuflow untuk melakukan well test produksi minyak, disampaikan Didik, tiap-tiap perusahaan minyak mempunyai Standard Operating Procedure (SOP) berbeda-beda. Misalnya, sumur-sumur minyak yang ada di Riau, karena sumur minyaknya banyak, perusahaan membutuhkan waktu relatif lebih pendek, yang diutamakan adalah frekuensi pengukuran produksi minyak di sumur lebih banyak.
Beberapa perusahaan minyak lain, ada yang minta durasi waktu perekaman produksi minyak agak lebih lama. Karena mereka ingin melakukan monitoring produksi minyak antara pagi, siang, dan malam. Mereka mengevaluasi secara real time untuk mendapatkan data yang sifatnya surveilens.
“Kebetulan PT MPAS mempunyai costumer yang produksi minyaknya dari ribuan sumur dan tersebar di banyak lokasi. Untuk bisa memaksimalkan jangkauan kegiatan pengukuran produksi minyak, PT MPAS berinovasi menciptakan alat pengukur minyak mobile, kita sebut Mobile Well Test Unit,” pungkasnya.
Didik menginformasikan, Accuflow sudah digunakan banyak negara sekitar tahun 2000-an, khususnya di Amerika Serikat (AS), karena negara ini “kiblatnya” perminyakan dunia. Sampai saat ini produksi minyak AS paling besar di dunia. Accuflow juga banyak digunakan di negara Afrika Selatan, Timur Tengah, Asia, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“PT MPAS juga sudah mempunyai bengkel atau workshop untuk memproduksi Well Test Accuflow di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat,” bilang pria low profile ini.
PT MPAS tak hanya terus berinovasi dalam pembuatan produk dan layanan Well Test Accuflow. Perusahaan juga sudah memenuhi standardisasi ISO 9001 yang mengatur sistem manajemen mutu (QMS). Standar ini berlaku untuk organisasi dari berbagai ukuran dan sektor, dan bertujuan untuk membantu meningkatkan kinerja, memenuhi harapan pelanggan, serta menunjukkan komitmen terhadap kualitas.
PT MPAS juga sudah memenuhi standardisasi ISO 45001 untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Standar berskala internasional ini menyediakan sebuah kerangka kerja yang kokoh untuk mengelola risiko dan kesempatan yang timbul akibat K3, tempat kerja yang sehat dan aman, dan melindungi aset terpenting perusahaan dan sumber daya manusia yang sehat.
Selain itu, PT MPAS sudah memenuhi standardisasi ISO 14001, yakni standar internasional yang mengatur sistem manajemen lingkungan (SML). Standar ini dibuat oleh Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO) dan dirancang untuk membantu organisasi mengurangi dampak lingkungan mereka.
“Semua perusahaan yang bergerak di sektor migas wajib mempunyai standardisasi manajemen ISO,” tukasnya.
Didik melanjutkan, sumber daya migas lambat laun akan habis. Maka, pihak-pihak terkait harus berpikir bagaimana memproduksi sumber energi yang tidak melulu bersumber dari migas, yang ujung-ujungnya bahan bakunya akan habis. Karena itu, sejak sekarang harus bisa diproduksi energi berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).
Didik mengakui, untuk saat ini PT MPAS masih bergerak di industri migas, dalam bidang jasa Well Test Accuflow. Pertimbangannya, industri minyak masih dibutuhkan dan masih berjalan, karena itu PT MPAS harus berkontribusi secara maksimal.
“PT MPAS juga terus melakukan pengembangan bisnis tidak hanya berkontribusi terhadap industri migas di Indonesia, tapi juga merambah ke tingkat internasional,” kata Didik yang hingga detik ini masih “merantau” dalam waktu tertentu untuk melayani jasa Well Test Accuflow bagi perusahaan-perusahaan minyak di Indonesia dan beberapa negara lainnya. (Syarif)