Mengenai waktu yang dibutuhkan Accuflow untuk melakukan well test produksi minyak, disampaikan Didik, tiap-tiap perusahaan minyak mempunyai Standard Operating Procedure (SOP) berbeda-beda. Misalnya, sumur-sumur minyak yang ada di Riau, karena sumur minyaknya banyak, perusahaan membutuhkan waktu relatif lebih pendek, yang diutamakan adalah frekuensi pengukuran produksi minyak di sumur lebih banyak.
Beberapa perusahaan minyak lain, ada yang minta durasi waktu perekaman produksi minyak agak lebih lama. Karena mereka ingin melakukan monitoring produksi minyak antara pagi, siang, dan malam. Mereka mengevaluasi secara real time untuk mendapatkan data yang sifatnya surveilens.
“Kebetulan PT MPAS mempunyai costumer yang produksi minyaknya dari ribuan sumur dan tersebar di banyak lokasi. Untuk bisa memaksimalkan jangkauan kegiatan pengukuran produksi minyak, PT MPAS berinovasi menciptakan alat pengukur minyak mobile, kita sebut Mobile Well Test Unit,” pungkasnya.
Didik menginformasikan, Accuflow sudah digunakan banyak negara sekitar tahun 2000-an, khususnya di Amerika Serikat (AS), karena negara ini “kiblatnya” perminyakan dunia. Sampai saat ini produksi minyak AS paling besar di dunia. Accuflow juga banyak digunakan di negara Afrika Selatan, Timur Tengah, Asia, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“PT MPAS juga sudah mempunyai bengkel atau workshop untuk memproduksi Well Test Accuflow di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat,” bilang pria low profile ini.
PT MPAS tak hanya terus berinovasi dalam pembuatan produk dan layanan Well Test Accuflow. Perusahaan juga sudah memenuhi standardisasi ISO 9001 yang mengatur sistem manajemen mutu (QMS). Standar ini berlaku untuk organisasi dari berbagai ukuran dan sektor, dan bertujuan untuk membantu meningkatkan kinerja, memenuhi harapan pelanggan, serta menunjukkan komitmen terhadap kualitas.
PT MPAS juga sudah memenuhi standardisasi ISO 45001 untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Standar berskala internasional ini menyediakan sebuah kerangka kerja yang kokoh untuk mengelola risiko dan kesempatan yang timbul akibat K3, tempat kerja yang sehat dan aman, dan melindungi aset terpenting perusahaan dan sumber daya manusia yang sehat.
Selain itu, PT MPAS sudah memenuhi standardisasi ISO 14001, yakni standar internasional yang mengatur sistem manajemen lingkungan (SML). Standar ini dibuat oleh Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO) dan dirancang untuk membantu organisasi mengurangi dampak lingkungan mereka.
“Semua perusahaan yang bergerak di sektor migas wajib mempunyai standardisasi manajemen ISO,” tukasnya.
Didik melanjutkan, sumber daya migas lambat laun akan habis. Maka, pihak-pihak terkait harus berpikir bagaimana memproduksi sumber energi yang tidak melulu bersumber dari migas, yang ujung-ujungnya bahan bakunya akan habis. Karena itu, sejak sekarang harus bisa diproduksi energi berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).
Didik mengakui, untuk saat ini PT MPAS masih bergerak di industri migas, dalam bidang jasa Well Test Accuflow. Pertimbangannya, industri minyak masih dibutuhkan dan masih berjalan, karena itu PT MPAS harus berkontribusi secara maksimal.
“PT MPAS juga terus melakukan pengembangan bisnis tidak hanya berkontribusi terhadap industri migas di Indonesia, tapi juga merambah ke tingkat internasional,” kata Didik yang hingga detik ini masih “merantau” dalam waktu tertentu untuk melayani jasa Well Test Accuflow bagi perusahaan-perusahaan minyak di Indonesia dan beberapa negara lainnya. (Syarif)