
PARA tamu mulai menempati jejeran kursi di sebuah ruangan di lantai 2 Posko Tirta Lunggana, Jalan Fachrudin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Jumat petang, sejak pukul 14.30 WIB. Mereka terlihat saling bercengkrama, seraya menunggu kehadiran Guruh Tirta Lunggana.
Sekira setengah jam jelang maghrib, sosok yang ditunggu-tunggu tiba di posko itu. Guruh Tirta Lunggana baru menerima wawancara dengan corebusiness.co.id sekira pukul 19.15 WIB.
Informasi menyebutkan, pria kelahiran Jakarta, 10 April 1985, ini bakal masuk ke gerbong Tim Tenaga Ahli Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Pramono Anung. Tirta, begitu sapaan akrabnya, menanggapi informasi tersebut dengan ekspresi tenang.
“Terkait Tim Tenaga Ahli Gubernur Provinsi DKI Jakarta, saya belum bisa menjelaskan secara detail. Berdasarkan hasil rapat, memang masing-masing tenaga ahli akan diberikan tugas. Namun, saya belum bisa menjelaskan soal tim tenaga ahli ini, karena saya belum menerima SK-nya,” jawab Tirta kalem.
Tirta sendiri merupakan salah satu tokoh Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang melabuhkan dukungan kepada pasangan Pramono Anung-Rano Karno di Pilgub DKI Jakarta 2024.
Massa dari gerbong Ayahnya, Almarhum Abraham Lunggana alias Haji Lulung, dibawa Tirta untuk ikut mendukung pemenangan pasangan Pramono-Rano.
Sebagai wadah pergerakan untuk memenangkan Pramono-Rano, mantan Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PAN periode 2019-2024 ini, membentuk Relawan Majelis Pasti Pilih Pramono-Doel (MP3 Doel).
Tirta mengaku jiwa aktivis mengalir secara alami dalam dirinya, seolah-olah mengikuti jejak sang Ayah, Haji Lulung. Ibarat pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Haji Lulung kali pertama terjun ke ranah politik praktis dengan bergabung di PPP, sebelum pindah ke PAN. Sebaliknya, Tirta bergabung di PAN, sebelum melanjutkan perjalanan politik di PPP.
“Ayah saya, Haji Lulung, mengamanahkan kepada saya agar selalu berbuat baik kepada siapa saja. Beliau memang pernah berpesan agar saya meneruskan apa yang sudah ada dan melanjutkan perjuangan di politik dan usaha,” kenang Tirta tentang sosok Haji Lulung.
Sebagai anak, dia merasa bangga kepada orangtuanya. Kebanggaan tersebut ada yang bisa diungkapkan dan tidak bisa deskripsikan dengan kata-kata.
“Kami berasal dari Tanah Abang, dari warga biasa, kemudian membangun bisnis dan masuk ke politik. H Lulung pernah menjadi Anggota DPRD DKI Jakarta dua periode, dan menjadi Wakil Ketua DPRD DKI,” tuturnya.
Menuju Kota Global
Berlatar belakang seorang pengusaha dan pernah duduk di Komisi B DPRD DKI Jakarta, Tirta menyoroti persoalan perekonomian di Jakarta. Terkait BUMD, misalnya, sepengetahuan dia semasih sebagai legislator, sudah baik. Kendati demikian, masih harus dilakukan evaluasi dan perbaikan, di antaranya dari sisi pelayanan dan sistem kinerja BUMD.
“BUMD bisa dikatakan ujung tombak, bagaimana perusahaan daerah yang ada di DKI Jakarta ini bisa tumbuh, berkembang, dan semakin terdepan,” kata Tirta, yang pada Pileg 2024 memilih perahu Nasdem, partai besutan Surya Paloh.
Bicara SDM, Tirta mengungkapkan, juga harus dilakukan pembenahan terhadap kinerja SKPD di pemerintahan dan lembaga-lembaga di DKI Jakarta. Sementara untuk generasi muda, dia menekankan harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kreativitas, serta jeli melihat peluang-peluang lapangan kerja.
“Saya yakin, SDM yang unggul dan berkualitas, kelak akan mendapatkan peran yang sangat penting di negeri ini,” pungkasnya.
Menyinggung kinerja Pramono dan Rano setelah dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada 20 Februari 2025, Tirta menyampaikan bahwa mereka sedang menjalankan 40 program dalam 100 hari pertama masa kerja.
Dari 40 program tersebut, mereka di antaranya sudah merealisasikan pembenahan Kartu Jakarta Pintar dan Jakarta Sehat, menggratiskan layanan transportasi umum untuk 15 golongan, pembenahan sungai dan sumur-sumur resapan, dan pembenahan sektor lainnya,” tuturnya.
Menurutnya, pembenahan dan penambahan fasilitas layanan publik tersebut untuk mewujudkan Jakarta sebagai Kota Global. Karena itu, diperlukan dukungan dan kerja sama semua elemen di Jakarta dan harmonisasi koordinasi dengan pemerintah pusat.
“Menurut saya, Ibu Kota Negara nantinya dipindahkan atau tidak, Jakarta tetap saja menjadi sentral ekonomi Indonesia,” kata Tirta. (Gaus/Syarif)