Jakarta,corebusiness.co.id-Daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes Real Time Billionaires List masih didominasi wajah-wajah lama. Anderson Tanoto merupakan miliarder termuda Indonesia, yang sedang “dibidik” Forbes.
Berdasarkan versi Forbes hingga 21 Oktober 2025, tercatat lima milirader Indonesia. Di posisi pertama, ada konglomerat Prajogo Pangestu, dengan harta kekayaan 41,6 miliar dolar AS (Rp690,27 triliun).
Disarikan dari Fortune, Prajogo Pangestu kembali menduduki posisi puncak sebagai orang terkaya di Indonesia sekaligus peringkat ke-45 dunia. Melalui Barito Pacific Group, ia menguasai bisnis strategis di sektor petrokimia, energi, dan energi baru terbarukan.
Portofolionya mencakup sejumlah emiten besar seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Kenaikan harga saham sektor energi hijau dan petrokimia mendorong hartanya tumbuh hampir 50 persen sepanjang 2025, setara tambahan sekitar Rp242 triliun dibanding tahun lalu.
Posisi kedua, ditempati Low Tuck Kwong, dengan harta 25,2 miliar dolar AS (Rp418,14 triliun). Dikenal sebagai “Raja Batubara Indonesia”, Low Tuck Kwong adalah pendiri sekaligus pemegang saham utama PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Kenaikan harga batu bara global sepanjang 2025 menjadi faktor utama melesatnya kekayaan Low.
Meski berasal dari sektor energi fosil, Low mulai mengalihkan fokus investasinya ke energi baru terbarukan dan pelabuhan logistik. Ia juga memiliki saham di Metis Energy di Singapura serta PT Samindo Resources Tbk (MYOH).
Posisi ketiga, Robert Budi Hartono, yang memiliki harta 19,4 miliar dolar AS (Rp321,90 triliun). Bos Grup Djarum ini merupakan wajah lama dalam daftar konglomerat terkaya Indonesia. Kekayaannya terutama berasal dari kepemilikan 29 persen saham di Bank Central Asia (BCA) melalui PT Dwimuria Investama Andalan.
Selain itu, Budi juga memiliki porsi besar di PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan e-commerce Blibli (PT Global Digital Niaga Tbk/BELI). Hingga saat ini, Budi masih menjadi simbol konglomerat dengan diversifikasi bisnis paling luas.
Posisi keempat, ditempati Michael Bambang Hartono, kakak Robert Budi Hartono. Michael memiliki harta 18,6 miliar dolar AS (Rp308,63 triliun).
Kekayaan Michael sebagian besar berasal dari saham BCA dan bisnis keluarga di bawah Djarum Group. Ia juga memiliki kepemilikan besar di Menara TOWR.
Selanjutnya di posisi kelima, ada nama konglomerat Otto Toto Sugiri, yang memiliki harta 12,5 miliar dolar AS (Rp207,46 triliun). Pendiri PT DCI Indonesia Tbk (DCII) ini, adalah sosok penting di balik perkembangan industri pusat data (data center) di Indonesia. Julukan Bill Gates-nya Indonesia disematkan pada Otto Toto Sugiri berkat kiprahnya di sektor digital.
Lonjakan kebutuhan cloud computing dan transformasi digital nasional mendorong valuasi perusahaannya meningkat tajam. Hal tersebut menjadikannya salah satu miliarder teknologi teratas di Asia Tenggara.
Miliarder Termuda Indonesia
Dari kalangan generasi muda, mulai muncul pengusaha-pengusaha yang sedang bersinar. Sebut saja Raffi Ahmad.
Harta kekayaan yang dimiliki Raffi sebagian besar berasal dari industri hiburan dan bisnis kreatif. Ia termasuk selebritas dengan aset bisnis terbesar di bidang media dan digital.
Harta Raffi saat ini, memang, masih jauh di bawah daftar Forbes Real Time Billionaires. Forbes menghitung berdasarkan nilai kekayaan bersih (net worth) dari aset-aset publik dan privat, termasuk saham perusahaan, properti, dan kepemilikan lainnya. Nilainya diperbarui secara real time mengikuti pergerakan pasar saham dan valuasi perusahaan.
Siapa miliarder termuda di Indonesia?
Disebut-sebut posisi ini ditempati Anderson Tanoto, anak konglomerat Sukanto Tanoto. Per Oktober 2025, harta kekayaan Anderson sebagian besar dari bisnis pulp, energi, dan agribisnis berkelanjutan yang dikelolanya dari Grup Royal Golden Eagle (RGE).
Seperti diberitakan, pria lulusan program studi bisnis dari Universitas Pennsylvania ini adalah seorang pengusaha dan pembalap profesional asal Indonesia. Ia menjadi Direktur RGE, perusahaan milik ayahnya yang bergerak di bidang kertas dan bubur kayu, minyak, gas serta kelapa sawit pada tahun 2013.
Pria kelahiran 1989 ini, juga menjabat sebagai Dewan Pembina Tanoto Foundation, yayasan yang didirikan ayahnya pada tahun 1981. Kepemimpinannya memunculkan strategi Tanoto Foundation baru yang bertumpu pada pendidikan. Strategi tersebut dimulai secara bertahap melalui pendidikan dan pengembangan anak usia dini, selanjutnya peningkatan kualitas guru SD dan SMP, dan selanjutnya program pengembangan kepemimpinan untuk mahasiswa.
Yayasan ini telah melatih 15,000 guru dan membiayai sekittar 7,500 mahasiswa. Dia mengaku menghabiskan 20 persen waktunya pada yayasan tersebut sebagai bentuk dukungannya terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB. Bersama dengan saudaranya Belinda Tanoto, dia masuk ke dalam daftar Asia’s 2019 Heroes Of Philanthropy Majalah Forbes.
Tahun 2018, Anderson ditunjuk sebagai Ketua Komite Brazil Kamar Dagang dan Industri Indonesia untuk meningkatkan hubungan perdagangan antara Indonesia dan Brazil. (Rif/bbs)