160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
750 x 100 PASANG IKLAN

Dedikasi Alwien Parahita Advokasi WNI di Jerman

Alwien Parahita saat di Kantor GIP di Berlin, Jerman.
750 x 100 PASANG IKLAN

“Setelah berjalan lima tahun, tepatnya pada 2017, GIP pun sudah berbadan hukum,” ucap Alwien yang saat ini sudah menjadi seorang ayah dari tiga anak.

Lalu, pada 2020, badan hukumnya meningkat menjadi  Gesellschaft mit beschränkter Haftung (GmbH), semacam Perseroan Terbatas (PT) di Indonesia. Namanya pun berubah jadi Germany Indonesia Professionals (GIP) yang mempunyai pelayanan spesifik untuk pelajar yang ingin menembus Studkoll.

GIP kolaborasi dengan Univesitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dalam sosialisasi peluang kerja mahasiswa menjadi perawat di Jerman.

Namun, karena terhadang pandemi Covid-19, sejak Agustus 2020, GIP hanya menyelenggarakan kelas secara online. Meski telah bergerak secara profesional, namun Alwien tidak melupakan sisi sosial dan pemberdayaan. Salah satunya melalui GIP Talks yang digelarnya. Temanya bermacam-macam, mulai dari pendidikan sampai hukum.

Advokasi WNI tentang Hukum

750 x 100 PASANG IKLAN

Mengenai masalah hukum, ungkapnya, ternyata banyak juga WNI yang terjerat masalah hukum di Jerman. Masalah hukumnya tentu saja berbeda dengan yang kerap dialami di negara-negara yang banyak merekrut WNI sebagai pekerja migran. Misalnya di Malaysia, Taiwan, atau Arab Saudi.

Jika di negara-negara itu, problema yang kerap menjerat WNI kebanyakan berkaitan dengan pidana, masalah hukum di Jerman mayoritas berkaitan dengan pelanggaran aturan.

’’Biasanya berkaitan dengan izin tinggal. Itu kebanyakan terjadi karena sikap abai dan enggan bertanya, sampai akhirnya tidak sadar terkena masalah hukum,’’ terang dia.

Kemudian, Alwien mulai berpikir untuk bekerjasama dengan seorang pengacara Jerman, Bernhardt Kanzler, untuk memberikan edukasi sekaligus advokasi tentang hukum. Alwien juga bisa memberikan advokasi soal hukum itu, karena dia sendiri pernah bermasalah dengan hukum di Jerman. Bahkan, dia pernah menjadi klien dari Kanzler. Permasalahan hukum yang membelitnya berkaitan dengan izin tinggal, dan butuh waktu sampai sembilan bulan untuk membereskannya.

750 x 100 PASANG IKLAN

Atas dasar itulah, dia pun mendedikasikan hidupnya untuk membantu WNI yang ada di Jerman. Statusnya sebagai Staf di KBRI Berlin pun memudahkannya untuk melakukan itu. Alwien mengutarakan, dulunya, dia merasa geram dengan perwakilan Indonesia di Jerman, baik kedutaan besar maupun konsulat. Alasannya, kedua lembaga perwakilan negara itu tidak berbuat apa-apa meski angka masuk Studkoll, angka lulus Studkoll, serta angka lulus kuliah mahasiswa Indonesia di Jerman sangat rendah.

’’Karena itulah, saya mengincar pekerjaan di KBRI. Terutama atase pendidikan KBRI, agar saya bisa berperan bagi anak-anak Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Jerman,’’ paparnya.

Suami dari Fitria Anindhita itu menyatakan, saat ini, sejak dia masuk ke KBRI, terutama saat dia akhirnya bisa menjabat sebagai atase pendidikan di KBRI Berlin, dirinya sering melakukan kunjungan ke berbagai kota di Jerman untuk menemui para siswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di negara yang dipimpin Kanselir Angela Merkel itu.

’’Mereka butuh di-encourage, diberikan semangat dan konseling biar bersemangat untuk menyelesaikan pendidikan,’’ pungkasnya.

750 x 100 PASANG IKLAN

Alwien menyatakan, saat ini, angka keberhasilan masuk Studkoll, lulus Studkoll, maupun lulus kuliah sudah meningkat. Paling tidak sudah di atas 50 persen. Namun, dia menyatakan, ingin terus berusaha agar angka itu terus meningkat bagi calon regenerasi mendatang (Penulis: Sudiyono, Editor: Syarif)

 

Pages: 1 2 3Show All
750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Promo Tutup Yuk, Subscribe !