Jakarta,corebusiness.co.id-DPR telah menyepakati RUU Nomor 2 Tahun 2024 tentang Provinsi Daerah Khusus Jakarta (DKJ) disahkan menjadi undang-undang, Selasa (19/11/2024). Salah satu pasal pada RUU DKJ mengatur tentang perubahan nomenklatur DKI Jakarta menjadi Daerah Khusus Jakarta. DPR menyematkan Jakarta sebagai pusat perekonomian nasional dan kota global.
Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna berpandangan, untuk menjadikan Jakarta sebagai pusat perekonomian dan kota global, salah satu yang harus lebih ditingkatkan adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) warga Jakarta.
Menurutnya, Jakarta secara ekonomi tidak memiliki sumber daya alam (SDA) primer. Jakarta tidak memiliki tambang mineral dan batubara, perkebuan sawit, dan SDA primer lainnya. Jakarta dominan unggul di sektor manufaktur untuk mendukung sektor industri pengolahan.
“Terpenting, Jakarta punya ruang. Bagaimana ruang itu jadi uang. Jadi, Jakarta mengkapitalisasi ruang, misalnya dengan cara membangun reklamasi dan Giant Sea Wall (GWS). Beda dengan Singapura, negara ini memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi,” kata Yayat Supriatna kepada corebusiness.co.id via telepon, Rabu (18/12/2024),
Yayat mengutarakan, Jakarta masih masih skala kapitalisasi dalam konteks dari sisi fisik dan fisik. Jika fisik terus menerus dibangun, namun intelligence quotient (IQ) penduduk Jakarta biasa-biasa saja, maka muncul ketimpangan.
Jika Jakarta dijadikan pusat bisnis, Yayat pun bertanya, bisnis apa yang akan dikembangkan di Jakarta? Dia melanjutkan, “Ya, itu tadi manufaktur untuk mendukung industri pengolahan.”
Sementara anak-anak cerdas di Jakarta, ungkapnya, sudah ada yang menjadi warga negara Singapura dan bekerja di negara lain.
Mencontoh Singapura yang telah menjadi salah satu negara industri sangat maju di kawasan Asia Tenggara bahkan dunia. Luas Singapura pun hanya sekitar 782 km2, sedikit lebih luas luas dari Kota Jakarta yang memiliki 661 km2.
Yayat mengatakan, perubahan yang terjadi di Singapura berkat kerja keras dan cerdas Perdana Menteri Pertama Singapura, Lee Kwan Yew. Dia meng-upgrade kualitas sektor pendidikan untuk meningkatkan IQ warganya, serta memanfaatkan teknologi.
Lee Kwan Yew mengibaratkan SDM Singapura seperti durian. Hal itu ia sampaikan saat pidato beberapa tahun silam. Lee mengutarakan bahwa negara Singapura sebelumnya adalah tempat kubangan lumpur dari rawa-rawa. Sepuluh tahun kemudian, Lee berjanji akan mengubah Singapura menjadi negara metropolitan.
“Anda tahu, beberapa orang akan berpikir, karena kita (Singapura) negara kecil, mereka bisa menindas kita? Tidak semudah itu,” kata Lee sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Lee mengakui Singapura memang negara kecil, secara luas wilayah dan geografis. Namun, kualitas warganya memiliki intelegensi yang tinggi. Dia menyebut, di bidang administrasi dan organisasi, mental rakyat Singapura sangat tinggi.
“Itulah alasan kita keluar ditendang oleh Malaysia. Kalau saja mereka memeras kekayaan yang dimiliki Singapura semudah memeras jeruk, saya kira kita akan diperas habis-habisan,” ungkap Lee.
Lee mengibaratkan negara Singapura seperti buah durian. Jika durian diperas, maka tangan orang yang memeras akan terluka. Di dalam durian ada daging yang sangat berharga dan mengandung protein tinggi.
“Pertanyaannya, ada yang memeras durian? Di dalam durian ada daging yang manis dan harum, mengandung lemak dan protein. Ibarat itulah SDM di Singapura. Jadi, kota yang tidak bisa diperas karena SDM-nya kuat,” pungkas Yayat. (Syarif)