
Jakarta,corebusiness.co.id-Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Niti Emiliana mengatakan, polemik soal beras belum juga beres di lapangan, masih ada persoalan yang menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah untuk segera menuntaskan.
“Sebelumnya Menteri Pertanian (Andi Amran Sulaiman) mengatakan bahwa stok beras melimpah. Namun yang menjadi pertanyaan masyarakat mengapa harga beras di pasaran masih tinggi dan kekosongan stok beras di pasaran,” kata Emiliana di Jakarta, Jumat (5/9/2025).
Emiliana menyebutkan, YLKI telah mencacat beberapa polemik di industri perberasan di Tanah Air yang terjadi hingga saat ini.
Pertama pada sisi konsumen, definisi stok beras melimpah seharusnya bukan hanya berada di hulu/gudang saja melainkan harus tersedia di pasaran yang mudah diakses oleh masyarakat dengan kualitas sesuai standar dan harga yang terjangkau.
“Oleh karena itu, YLKI meminta pemerintah menjamin ketersediaan stok beras di pasar dan memastikan keterjangkauan harga bagi konsumen,” ujarnya.
Kedua, terkait eskalasi harga beras di retail modern sangat memberatkan konsumen dan tidak sesuai dengan daya beli konsumen. Banyak konsumen terkecoh bahwa beras yang tersedia di retail modern bukanlah beras premium biasa, melainkan beras khusus terfortifikasi yang harganya Rp 90 ribu hingga Rp 130 ribu per 5 kilogram. Sedangkan beras khusus tidak memiliki aturan tetap HET dari pemerintah.
“Hal ini imbas dari kekosongan stok beras premium dan medium di retail modern,” ucapnya.