
Kuningan,corebusiness.co.id-Petani di Desa Gandasoli, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat sedang menjaga produktivitas ubi jalar di tengah serangan hama dan penyakit yang mengganggu salah satu komoditas tanaman pangan tersebut, di antaranya busuk pada batang dan puru pada daun.
Ubi jalar merupakan salah satu komoditas unggulan masyarakat Desa Gandasoli, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Ubi jalar diolah menjadi makanan ringan atau camilan berupa kremes. Bahkan kremes sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Kuningan.
Namun, belakangan ini petani ubi jalar di Desa Gandasoli mengalami kendala mempertahankan produktivitas ubi jalar untuk memenuhi kebutuhan UMKM yang memproduksi makanan kremes. Pasalnya, tanaman ubi jalar mereka mulai terserang OPT yang dikeluhkan petani sebagai busuk batang serta puru pada daun.
Untuk memastikan OPT yang menyerang pertanaman tersebut, petugas POPT bersama-sama petani telah melakukan identifikasi terhadap gejala serangan yang terjadi. Dan diketahui bahwa gejala tersebut disebabkan oleh jamur dan tungau puru eryophyes gastritichus. Penyebab penyakit ini penting untuk dipastikan agar dapat memutuskan rekomendasi pengendalian yang tepat.
“Aplikasi agens hayati Pseudomonas sp dan Bacillus sp telah dilakukan oleh petani setempat sebagai upaya preemtif,” ujar POPT Desa Gandasoli, Kecamatan Kramatmulya, Anas.
Nur Rahmi Endah dari Kementerian Pertanian menyampaikan bahwa aplikasi agens hayati tersebut sudah tepat dilakukan. Dia mengungkap bahwa busuk batang yang terjadi disebabkan oleh patogen tular tanah, sehingga kondisi lahan di sekitar pertanaman harus dijaga dengan baik.
“Upayakan pertanaman mendapatkan penyinaran yang optimal untuk mengurangi kelembaban, karena kondisi tanah yang lembab menjadi pemicu berkembangnya patogen tersebut. Selain itu, pemberian pupuk kandang yang telah terfermentasi secara sempurna serta penggunaan agens hayati Trichoderma atau Trichokompos dan PGPR sangat dianjurkan,” ujarnya.
Endah menjelaskan, penggunaan agens hayati dapat dilakukan sejak dini, mulai dari pengolahan lahan dan penyiapan bibit hingga panen. Aplikasi agens hayati tersebut sebaiknya dilakukan secara rutin oleh petani.
“Upaya ini diyakini dapat menekan serangan OPT dan meningkatkan produktivitas ubi jalar,” pungkas Endah. (ADV)