160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN

Beras Berjamur masih Aman Dikonsumsi?

Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto saat melakukan sidak di gudang Perum Bulog Cabang Ternate, Selasa (23/9/2025).
750 x 100 PASANG IKLAN

Jakarta,corebusiness.co.id–Beras yang disimpan terlalu lama dengan cara yang tidak baik bisa tercemar berbagai macam organisme penggangu. Amankah beras yang sudah tercemar tersebut untuk dikonsumsi?

Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto) tak menyimpan kegeramannya saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Gudang Bulog Tabahawa, Maluku Utara, Selasa, 23 September 2025.

Dalam video yang diunggah akun Instagram resmi DPR RI, tampak Titiek, sapaan akrab Siti Hediati Soeharto, geram melihat kualitas dan warna beras-beras yang menumpuk di gudang Bulog tersebut.

Ternyata, beras itu ada yang sudah disimpan sejak Mei 2024, sudah setahun lebih disimpan di gudang Bulog.

750 x 100 PASANG IKLAN

Titiek kemudian meminta sampel beras yang dikemas tersebut di wadah piring. Setelah mengamati beberapa saat, “Ini warnanya sudah…apa ini..abu-abu. Saya nggak tahu ini mesti mau disimpan sampai kapan di sini. Kenapa nggak disalur-salurkan?”

Ia mengungkap bahwa kualitas beras terlalu jelek, dan melarang untuk dijual. Bahkan untuk bantuan ke masyarakat pun sudah tidak layak.

“Mungkin buat pakan ternak. Mungkin bisa dijual ke peternak untuk makan ternak gitu ya. Enggak usah rakyat, kita juga kesal. Kita juga rakyat. Kita mewakili rakyat, wakilnya rakyat, kita kesal juga kalau kayak begini,” imbuhnya.

Organisme Pengganggu Kesehatan

750 x 100 PASANG IKLAN

Ahli nutrisi Leona Victoria dari University of Sydney menyarankan sebaiknya jangan konsumsi beras yang sudah ‘jelek’. Alasannya karena bisa saja beberapa organisme pengganggu tersebut menghasilkan senyawa beracun seperti contohnya aflatoksin.

“Mendingan jangan deh takut ada toksinnya. Kan ada mikroorganisme yang bisa tumbuh di dalam beras menghasilkan toksin dan beberapa jenis toksin itu nggak bisa hancur dengan panas,” ungkap Victoria seperti dikutip detikHealth.

Aflatoksin sendiri adalah toksin dari jamur yang bisa memicu kasus kanker hati. Selain pada beras, jamur aflatoksin biasanya juga menyerang kacang-kacangan yang disimpan dalam waktu lama.

Menurut Victoria, mengonsumsi beras yang sudah rusak juga bisa tak ada nilai nutrisi. Karena, kandungan nutrisi di beras sudah dimakan oleh jamur.

Apa Itu Aflatoksin?

750 x 100 PASANG IKLAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan dan para ahli gizi di Amerika Serikat telah melakukan penelitian terhadap produk pertanian yang tercemar aflatoksin. Mereka menjelaskan, aflatoksin adalah sejenis racun yang dihasilkan oleh jamur tertentu yang ditemukan pada tanaman pertanian seperti beras, jagung, kacang tanah, biji kapas, dan kacang pohon.

Gambar mikro spora Aspergillus, sejenis jamur yang menghasilkan aflatoksin penyebab kanker.

Jamur utama yang menghasilkan aflatoksin adalah Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus, yang melimpah di wilayah hangat dan lembap di dunia. Jamur penghasil aflatoksin dapat mencemari tanaman di ladang, saat panen, dan selama penyimpanan.

Orang dapat terpapar aflatoksin dengan mengonsumsi produk nabati yang terkontaminasi (seperti kacang tanah) atau dengan mengonsumsi daging atau produk susu dari hewan yang mengonsumsi pakan terkontaminasi. Petani dan pekerja pertanian lainnya dapat terpapar dengan menghirup debu yang dihasilkan selama penanganan dan pengolahan tanaman dan pakan yang terkontaminasi.

Para ahli gizi AS mengutarakan, paparan aflatoksin dapat diminimalisir dengan hanya membeli kacang-kacangan dan selai kacang dari merek-merek komersial terkemuka dan membuang kacang-kacangan yang terlihat berjamur, berubah warna, atau layu.

Untuk membantu meminimalkan risiko, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menguji makanan yang mungkin mengandung aflatoksin, seperti kacang tanah dan selai kacang.

Mereka mengklaim, hingga saat ini, belum ada wabah penyakit manusia yang disebabkan oleh aflatoksin yang dilaporkan di Amerika Serikat, tetapi wabah tersebut telah terjadi di beberapa negara berkembang. (Rif)

750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
ANINDYA

Tutup Yuk, Subscribe !