160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN

Ketum ASPEBINDO Anggawira Urai Dampak Pembatasan Kuota Produksi Bijih Nikel

Ketua Umum ASPEBINDO, Anggawira menguraikan dampak-dampak pembatasan kuota produksi bijih nikel. Foto: Istw
750 x 100 PASANG IKLAN

Jakarta,corebusiness.co.id-Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi Mineral dan Batubara Indonesia (ASPEBINDO), Anggawira menilai kebijakan pemerintah mengurangi kuota produksi bijih nikel menjadi 150 juta ton tahun 2025 sebagai strategi bijaksana untuk menjaga stabilitas harga. Namun, implementasi kebijakan ini perlu memperhatikan aspek kepentingan hulu, hilir (smelter), dan daya tarik investor.

“ASPEBINDO melihat langkah ini sebagai strategi yang bijaksana untuk menjaga stabilitas harga nikel di pasar global. Pembatasan produksi dapat membantu mengendalikan oversupply, yang selama ini menjadi salah satu penyebab turunnya harga. Namun, implementasi kebijakan ini perlu mempertimbangkan kondisi smelter domestik agar tidak mengganggu operasional sektor hilir yang juga menjadi bagian penting dari ekosistem industri,” kata Ketum ASPEBINDO, Anggawira ketika dihubungi corebusiness.co.id, Jumat (3/1/2025).

Anggawira menyebutkan, pembatasan kuota produksi bijih nikel di dalam negeri tentu akan berdampak terhadap supply ke smelter-smelter dalam negeri. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat memengaruhi kapasitas produksi smelter yang telah diinvestasikan dengan biaya besar.

Ia menekankan, “Untuk itu, diperlukan koordinasi yang matang antara pemerintah, produsen, dan pengelola smelter, agar kebutuhan smelter domestik tetap terjamin, meskipun ada pembatasan kuota produksi bijih nikel.”

750 x 100 PASANG IKLAN

Sementara dampak terhadap aktivitas eksplorasi di sektor hulu atau perusahaan pertambangan nikel,  wacana pembatasan produksi dapat memengaruhi minat investasi baru dalam eksplorasi. Perusahaan mungkin akan menahan diri untuk mengeluarkan biaya besar, jika hasil produksinya akan dibatasi.

“Hal ini perlu menjadi perhatian agar tidak terjadi stagnasi dalam penemuan cadangan baru, yang penting untuk keberlanjutan industri nikel di masa depan,” pungkas Anggawira.

Kebijakan pembatasan kuota produksi bijih nikel, masih menurut Anggawira, juga bisa memengaruhi aktivitas usaha para pemasok energi mineral. Menurutnya, pembatasan ini dapat memberikan efek domino pada pemasok energi mineral, terutama yang terkait dengan bahan baku industri smelter. Jika produksi berkurang, kebutuhan energi dan bahan penunjang lainnya kemungkinan juga akan menurun.

Namun, Anggawira berpandangan, dari kebijakan ini dapat dijadikan momentum bagi ASPEBINDO untuk mendorong efisiensi dan diversifikasi produk di sektor energi mineral.

Dari dampak-dampak  tersebut, ASPEBINDO berharap kebijakan ini dirancang dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan sektor hulu, hilir, dan pemangku kepentingan lainnya. Sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha sangat penting untuk mencapai tujuan bersama, yaitu menjaga keberlanjutan industri nikel dan memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian nasional.

750 x 100 PASANG IKLAN

Harga Nikel kurang Seksi

Seperti diberitakan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tengah membahas pembatasan kuota produksi bijih nikel guna mendongkrak harga komoditas mineral logam tersebut, lantaran terus kontraksi hingga 43 persen pada tahun 2023. Harga nikel dunia sempat mengalami kenaikan yang signifikan hingga US$ 50.000 per ton pada tahun 2022.

Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung memperkirakan, turunnya harga nikel saat ini salah satunya disebabkan kelebihan pasokan nikel dunia yang tidak diimbangi oleh permintaan akan nikel itu sendiri.

“Jadi, untuk jatuh harga, ini kan supply and demand. Jadi, kalau kita lihat dari industri, seharusnya kita harus mengidentifikasi untuk apa permasalahan jatuhnya harga nikel. Jadi, salah satunya mungkin itu kelebihan supply,” jelasnya saat ditemui di sela acara ASEAN Mining Conference (AMC), di Meru Sanur, Bali, seperti dikutip.

750 x 100 PASANG IKLAN

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno mengungkapkan, jika produksi nikel dunia berlimpah namun tidak seimbang dengan jumlah permintaannya, maka bisa dipastikan harga nikel dunia akan anjlok.

Ia memperkirakan, tahun 2026 produk nikel dalam negeri mencapai 75 persen dari kapasitas dunia.

“Jika terjadi oversupply, dipastikan harga turun,” kata Tri Winarno.dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (14/11/2024).

Tri Winarno menyampaikan pihaknya akan melakukan analisis perihal jenis produk nikel yang saat ini dibutuhkan oleh dunia. Hal itu tidak lain agar produk nikel Indonesia bisa masuk dan diterima di pasar internasional.

“Maka kita perlu melakukan analisis-analisis terkait dengan produk apa sebetulnya yang pas untuk market termasuk market internasional dan market lokal,” tukasnya.

Di kesempatan lain, Tri Winarno telah memberi sinyal bahwa Kementerian ESDM bakal membatasi produksi produk nikel demi menjaga harga tetap tinggi di pasaran global.

“Nikel kita mulai atur produk apa di pasar jangan sampai over, jadi optimal saja. Nanti kita batasi produk nikel yang jenuh di pasar supaya harga naik,” kata Tri dalam acara Bisnis Indonesia Economic Outlook di Jakarta. (Rif)

750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
Core Business

Bincang Kepo

Promo Tutup Yuk, Subscribe !