Vale, kata Pimenta, juga menargetkan untuk menggandakan produksi tembaganya pada tahun 2035.
Di tengah rencana ekspansi, Vale berharap dapat kembali mempertahankan predikat sebagai produsen bijih besi terbesar di dunia tahun ini, melampaui Rio Tinto, sebuah group perusahaan multinasional logam dan pertambangan terbesar kedua di dunia asal Inggris-Australia.
Di luar Brasil, Vale sedang mempertimbangkan untuk menjual tambang nikel Thompson di Kanada di tengah minat pasar dan harga yang lemah akibat lonjakan produksi Indonesia.
“Ini adalah aset yang sulit kami capai dengan biaya yang kami inginkan. Kami sedang mempertimbangkan apakah ada investor yang lebih baik,” ungkapnya.
Tambang nikel Thompson memproduksi sekitar 10.000 ton pada tahun 2024, atau 6 persen dari total produksi Vale. (Rif)