Jakarta,corebusiness.co.id-Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara melampaui provinsi lain di Indonesia. Sektor lapangan usaha pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi tertinggi bagi Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) Maluku Utara.
Berdasarkan data Badan Pusat Statatistik (BPS) Indonesia (2019-2023), perekonomian Maluku Utara 2023 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 85,1 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 48,5 triliun. Ekonomi Malut tahun 2023 tumbuh sebesar 20,49 persen. Meskipun melambat dibanding capaian tahun 2022 yang mengalami pertumbuhan sebesar 22,94 persen, namun masih tertinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 49,07 persen. Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor sebesar 28,67 persen.
Perwajahan Malut pun berubah dari tahun ke tahun, seiring meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian di daerah yang dijuluki Negeri para Raja, Kota Rempah atau The Spicy Island ini.
Halmahera, pulau terbesar di Malut merupakan “pahlawan” penyumbang pertumbuhan ekonomi provinsi ini. Pulau Halmahera menyimpan potensi sumber daya alam (SDA) yang cukup besar, baik di bidang pertambangan logam dan panas bumi, perikanan, serta pertanian.
Guna meningkatkan potensi di Halmahera, dalam rangka mempercepat pengembangan ekonomi di Provinsi Malut, pemerintah kemudian membagi Halmahera menjadi dua klaster berdasarkan letak wilayah yaitu, Halmahera Utara (Klaster Ekonomi 1) dan Halmahera Selatan (Klaster Ekonomi 2). Klaster Ekonomi 1 didominasi oleh industri pertambangan logam sementara Klaster Ekonomi 2 potensinya lebih beragam.
Melalui skema pengelompokkan klaster tersebut, diharapkan perekonomian Malut tumbuh lebih cepat. Pulau Halmahera diharapkan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi karena memiliki potensi besar, yaitu industri pengolahan pertambangan logam. Potensi hipotetik mineral nikel di Pulau Halmahera sebesar 238 juta ton yang dapat diolah menjadi fero-nikel (FeNi).
Beberapa calon investor telah menyampaikan minatnya untuk mengelola tambang tersebut dengan membangun smelter FeNi. Menurut Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM, untuk mengolah smelter nikel sebesar 11 juta ton per tahun dibutuhkan kebutuhan energi sebesar 700 MW, artinya pasokan listrik yang dibutuhkan sangat besar.
Dalam perjalanannya hingga saat ini, hampir 30 perusahaan menjalankan aktivitas pertambangan, baik ekplorasi dan produksi maupun pengolahan dan pemurnian (smelter) mineral logam di Pulau Halmahera, baik di Halmahera Utara maupun Halmahera Selatan.
Klasifikasi Kontribusi Provinsi
Menurut BPS Indonesia, data PDRB merupakan salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Penyusunan publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi perekonomian provinsi- provinsi di Indonesia pada periode 2019-2023 .
Dilihat dari pertumbuhan, pulau yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah Maluku dan Papua, serta Sulawesi, yang masing-masing memiliki pertumbuhan sebesar 6,94 persen dan 6,37 persen. Sementara Pulau Bali dan Nusa Tenggara memiliki pertumbuhan terendah yaitu sebesar 4,00 persen.
Sementara dilihat dari pertumbuhan PDRB, tertinggi terjadi di Maluku Utara sebesar 20,49 persen, dan di urutan kedua Sulawesi Tengah sebesar 11,91 persen. Hal ini didorong oleh kinerja ekspor nikel serta besi dan baja ke luar negeri. Di sisi lain, pertumbuhan terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 1,80 persen.
Jika dilihat distribusi komponennya, penyumbang utama PDRB provinsi-provinsi di Indonesia adalah Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), dan Ekspor Luar Negeri.
Secara umum, kontributor utama perekonomian di Sumatera dan Jawa adalah PK-RT dan PMTB. Sementara kontributor utama provinsi eksportir seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua Barat adalah ekspor luar negeri. Komoditas unggulan Indonesia yang diekspor dari provinsi-provinsi tersebut antara lain batubara, nikel, serta besi dan baja. (Rif)