
Rio lantas mencontohkan mundurnya Air Product & Chemical Inc (APCI) sebagai investor PTBA dari proyek gasifikasi batubara menjadi DME. Hal ini menyebabkan proyek tersebut terkatung-katung. PTBA sebagai perusahaan pelat merah terus melakukan kajian untuk kelanjutan proyek tersebut, dengan mempertimbangkan sisi keekonomian dan teknologi yang tepat.
“Persoalan yang dihadapi PTBA bersama investornya ini bisa dijadikan pelajaran bagi pemerintah. Mengapa proyek gasifikasi batubara yang sudah di-groundbreaking ini bisa gagal?” tanya Rio.
Ia menyatakan semangat membangun industri hilir batubara sudah dilakukan grup PT Bumi Resources sejak tahun 2011. Ketika itu perusahaan sudah melakukan studi areal untuk pembangunan industri hilir batubara.
Dalam perjalanannya, perusahaan melakukan refeasibility study untuk proyek gasifikasi batubara menjadi DME di tahun 2017. Kemudian, pada tahun 2020 perusahaan menjajaki kerja sama dengan PTBA untuk membuat produk DME, tapi gagal.
“Tahun 2025, kami melakukan studi proses batubara menjadi metanol. Akhirnya kami memutuskan sudah final, studi kami ditujukan untuk proses pembuatan batubara menjadi metanol. Mudah-mudahan bulan depan semua dokumennya sudah bisa kami selesaikan,” imbuhnya.
Rio memberi bocoran bahwa batubara yang akan diproses menjadi metanol berkalori rendah. Pertimbangan perusahaan, batubara kalori tinggi umumnya digunakan untuk bahan baku energi listrik. Sehingga, batubara kalori rendah bisa memberikan manfaat untuk dikonversi bentuk produk metanol hingga produk turunan lainnya. (Syarif)