160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
160 x 600 PASANG IKLAN
750 x 100 PASANG IKLAN

Market Otomotif Lesu, Menperin Agus Gumiwang: Pemerintah Tidak akan Tinggal Diam!

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat pembukaan International Motor Show (IIMS) 2025 di Jakarta, Kamis (13/2).
750 x 100 PASANG IKLAN

Jakarta,corebusiness.co.id-Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, pemerintah tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kondisi market otomotif di Tanah Air yang sedang lesu. Pemerintah bersama stakeholders perlu mencari terobosan-terobosan agar konsumen memiliki minat belanja otomotif.

Menperin Agus Gumiwang mengatakan, upaya strategis yang sedang dilaksanakan pemerintah, seperti penerbitan paket stimulus ekonomi pertama, tujuannya antara lain untuk menjaga daya beli masyarakat. Termasuk mendukung sektor otomotif dan mendukung langkah menuju transisi hijau.

Agus Gumiwang menyampaikan, berdasarkan laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales (produsen ke dealer) pada Januari 2025 mengalami penurunan 11,3 persen secara tahunan (y-o-y). Sementara itu, sepanjang tahun 2024, penjualan secara wholesales hanya 866.000 unit atau mengalami penurunan 13,9 persen dibandingkan tahun 2023.

“Industri otomotif selama ini memberikan kontribusi yang signfikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Karena di dalam sektor ini ada yang kita sebut dengan backward linkage dan juga forward linkage, yang pada gilirannya bisa memperkuat atau bisa memperlemah ekonomi nasional,” kata Agus Gumiwang pada pembukaan International Motor Show (IIMS) 2025 di Jakarta, Kamis (13/2/2025).

750 x 100 PASANG IKLAN

Berdasarkan perhitungan, penurunan penjualan mobil pada tahun 2024 berdampak juga terhadap penurunan ekonomi, yakni untuk backward linkage-nya sebear Rp5,4 triliun dan forward linkage-nya Rp4,6 triliun.

“Tentu secara umum, ke depan perekonomian, termasuk industri manufaktur ini telah dan akan dihadapkan pada kondisi atau challenge yang sangat unik dan berat,” ungkapnya.

Menurutnya, dinamika geopolitik saat ini begitu dinamis, termasuk dengan kembali terpilih Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.

“Ini harus terus-menerus kita ikuti, tentu akan memengaruhi industri dalam negeri dan pada gilirannya juga akan memengaruhi perekonomian nasional,” imbuh Agus Gumiwang.

Selain tantangan global, ungkapnya, industri dalam negeri juga mengalami tekanan dari internal. Karena itu, dibutuhkan regulasi-regulasi yang dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif serta dapat membangun industri nasional yang tangguh dan juga progresif.

750 x 100 PASANG IKLAN

Patahkan Isu Deindustrialisasi Dini

Pada kesempatan yang sama, Menperin Agus Gumiwang memaparkan data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional meningkat dari kuartal III tahun 2024 yang mencapai 17,18 persen dan menjadi 19,13 persen pada kuartal IV-2024.

“Kontribusi manufaktur terhadap PDB nasional tersebut, menurut pandangan kami cukup sehat, dengan angka pertumbuhan 4,43 persen,” sebutnya.

Selanjutnya, merujuk data BPS, sektor manufaktur merupakan sumber pertumbuhan tertinggi terhadap perekonomian nasional dengan rata-rata 0,90 artinya rata-rata berkontribusi sekitar 20 persen dari pertumbuhan ekonomi nasional. Sumbangsih industri manufaktur menjadi primadona, yang diikuti pada peringkat kedua adalah sektor perdagangan.

750 x 100 PASANG IKLAN

“Kontribusi manufaktur terhadap PDB dari tahun ke tahun terus meningkat, pada tahun 2022 sebesar 18,34 persen, kemudian tahun 2023 menjadi 18,67 persen, dan tahun 2024 lalu kontribusinya 18,98 persen. Jadi, artinya kontribusi industri manufaktur terhadap PDB sejak tahun 2022 selalu meningkat,” jelasnya.

Melihat data-data tersebut, menurut Agus Gumiwang, bisa mematahkan pendapat atau pandangan dari beberapa pihak dan pengamat yang mengatakan bahwa Indonesia sedang mengalami deindustriasi dini.

“Jadi, semua data ini seharusnya mematahkan apa yang menjadi pandangan dari para pengamat itu. Belum lagi, kalau kita membuka buku dan teori-teori yang berkaitan dengan industri dan data-data yang tersedia,” tepisnya.

Di samping itu, apabila melihat kinerja industri otomotif, khususnya pada produksi kendaraan roda dua, saat ini telah mencapai 6,91 juta unit, dengan kinerja penjualan yang juga tumbuh sebesar 6,33 juta unit. Bahkan, ekspor CBU untuk kendaraan roda dua sudah menembus angka 572 ribu unit, dan untuk CKD-nya mencapai 46 ribu unit, serta untuk part by part sebanyak 153 juta unit.

“Melalui kinerja ini, telah banyak melibatkan industri kecil dan menengah,” pungkasnya.

Saat ini, lanjutnya, pemerintah akan mengeluarkan insentif untuk motor listrik. Rencanaya dalam waktu dekat akan terbit. Upaya ini diyakini akan turut pula mendukung peningkatkan kinerja industri otomotif di Indonesia.

Selanjutnya, pemerintah terus mendorong untuk memacu rasio kepemilikan mobil. Sebab, rasio kepemilikan mobil di Indonesia dinilai masih sangat rendah, yaitu 99 unit per 1.000 orang. Artinya, masih ada potensi ruang untuk tumbuh dalam menggenjot kinerja industri otomotif nasional.

Ia menguraikan, rasio kepemilikan kendaraan motor di Malaysia sebesar 490 unit per 1.000 orang, sementara Malaysia itu kira-kira 60 juta penduduknya. Selanjutnya, di Thailand penduduknya yang ratusan juta, rasionya 275 unit per 1.000 orang, di Singapura 211 unit per 1.000 orang, Korea Selatan 530 unit per 1.000 orang, dan Jepang 670 unit per 1.000 orang. Sedangkan Australia yang penduduknya sekitar 30 atau 40 juta, rasio kepemilikan kendaraan motor sebanyak 776 unit per 1.000 orang.

Di sisi lain, untuk penggunaan kendaraan ramah lingkungan di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2024 lalu, populasi kendaraan listrik mencapai lebih dari 207 ribu unit, meningkat cukup tinggi sebesar 78,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Karena itu, kami menyambut baik kehadiran merek-merek baru dalam partisipasinya di IIMS tahun ini. Kami berharap kehadiran merek-merek baru ini dapat memperluas pasar otomotif di Indonesia,” tuturnya.

Namun demikian, Menperin juga mengingatkan kepada para produsen agar tidak hanya melakukan impor, tetapi juga mendorong untuk penguatan produksi dalam negeri termasuk pengoptimalan TKDN untuk memberdayakan industri nasional khususnya industri kecil dan menengah (IKM). Setelah itu, bisa untuk menjajaki pasar ekspor yang lebih luas. (Rif)

 

750 x 100 PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 PASANG IKLAN
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Promo Tutup Yuk, Subscribe !