
“Karena saham BYD melonjak lebih dari 60 persen di Hong Kong tahun ini, dan para investor memilih untuk mengambil untung sekarang untuk menghindari dampak dari pemotongan harga,” kata kepala peneliti di DZT yang berbasis di Singapura, melalui WeChat, seperti dikutip Forbes.
Direktur pelaksana konsultan Automotive Foresight yang berbasis di Shanghai, Yale Zhang mengungkapkan melalui WeChat, raksasa kendaraan listrik BYD ingin menggunakan diskon yang lebih agresif untuk menarik konsumen yang sensitif terhadap harga. Pada Februari, perusahaan itu mencoba meningkatkan pengiriman dengan menambahkan fungsi self-driving ke model yang harganya di bawah $10.000.
“Strategi itu mungkin tidak memenuhi harapan,” kata Zhang.
Zhang mengutarakan, kecelakaan fatal baru-baru ini yang melibatkan kendaraan listrik Xiaomi telah menyebabkan meningkatnya kekhawatiran atas perangkat lunak smart driving secara umum.
Untuk meningkatkan penjualan di Tiongkok, pasar asal BYD, pemotongan harga langsung mungkin sekarang menjadi cara termudah. Target pengiriman perusahaan pada tahun 2025 adalah 5,5 juta kendaraan secara global.
Para analis mengatakan produsen mobil lain mungkin tidak punya pilihan selain mengikuti langkah yang sama. Di tengah kekhawatiran akan persaingan yang semakin ketat, saham produsen mobil Geely Automobile anjlok lebih dari 8 persen di Hong Kong pada Senin, sementara saham Great Wall Motor turun lebih dari 5 persen.