Jakarta,corebusiness.co.id-Produsen mobil Tiongkok Build Your Dream (BYD) dan Shanghai Automotive Industry Corporation (SAIC) balapan memproduksi dan menjual berbagai merek kendaraan. Tiba-tiba, Eropa mengeluarkan kebijakan baru terhadap kendaraan yang akan masuk ke pasar Eropa. Produsen otomotif Tiongkok pun menghadapi tantangan dan hambatan baru.
Shanghai Metal Market (SMM) mencatat, dalam 11 bulan pertama tahun 2024, penjualan kumulatif Build Your Dream (BYD) mencapai 3,757 juta unit kendaraan, naik 40 persen Year on Year (YoY). Sementara penjualan kumulatif Shanghai Automotive Industry Corporation (SAIC) mencapai 3,53 juta unit kendaraan, turun 19,48 persen YoY. Apakah penjualan kendaraan BYD membalap SAIC?
SMM menganalisis, keberhasilan BYD ini memberikan sinyal penting, menunjukkan bahwa dominasi lama mobil joint venture di pasar otomotif Tiongkok sedang mengalami perubahan. Bagi SAIC, ini adalah pertama kalinya kehilangan gelar juara penjualan mobil teratas di Tiongkok, posisi yang dipegangnya selama hampir 20 tahun.
“Sebelumnya, ada ungkapan di pasar bahwa industri otomotif Tiongkok memiliki “satu kekuatan super dan tiga pemain kuat.” Sementara “tiga pemain kuat” masih menjadi perdebatan, “satu kekuatan super” tanpa diragukan adalah SAIC, menyoroti statusnya di pasar otomotif. Namun, menghadapi gelombang energi baru, SAIC, “raksasa super,” mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan,” tulis SMM dalam analisisnya, Minggu (5/1/2025).
Statistik menunjukkan bahwa tiga merek utama SAIC, yaitu SAIC Volkswagen, SAIC GM, dan SAIC GM Wuling, mencapai penjualan masing-masing 1,215 juta, 1,001 juta, dan 1,403 juta unit pada 2023, dengan total 3,619 juta unit. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan 6,107 juta unit pada 2018, yang berarti penjualan telah turun lebih dari 40 persen dalam 5 tahun.
Memasuki 2024, di bawah tekanan merek independen, situasi SAIC menjadi semakin menantang. Menurut data resmi, ungkap SMM, penjualan kumulatif SAIC Volkswagen dalam 11 bulan pertama adalah 1,018 juta unit, turun 5,06 persen YoY. Sedangkan penjualan kumulatif SAIC GM adalah 370.900 unit, turun 58,61 persen YoY, dan penjualan kumulatif SAIC GM Wuling 1,161 juta unit, turun 3,4 persen YoY.
Perang Harga
Laporan menunjukkan bahwa tahun 2024, SAIC meluncurkan promosi diskon “harga tetap,” secara signifikan menurunkan harga untuk meningkatkan penjualan. Untuk mendorong pemulihan penjualan, lebih dari 100 model mobil dari 13 merek di bawah SAIC, termasuk IM, Roewe, Feifan, MG, Maxus, Wuling, Baojun, Audi, dan Volkswagen, menawarkan diskon promosi pada November. Dikombinasikan dengan subsidi tukar tambah, total diskon berkisar antara 50 persen hingga 80 persen.
Namun, menurut analisis SMM, pemotongan harga yang signifikan juga mengikis keuntungan SAIC. Menurut laporan keuangan, hingga kuartal ketiga tahun 2024, SAIC mencapai pendapatan 430,6 miliar yuan, turun 17,74 persen YoY, dengan laba bersih 6,907 miliar yuan, turun 39,45 persen YoY, dan laba bersih non-recurring 1,05 miliar yuan, turun 88,92 persen YoY.
“Untungnya, di bawah berbagai promosi, penjualan SAIC pulih pada November 2024. Misalnya, SAIC GM Wuling menjual 180 ribu mobil baru pada November, naik 12,5 persen YoY, SAIC Volkswagen menjual 132,500 mobil baru, naik 10,41 persen YoY. Sementara kinerja SAIC GM sedikit lebih lemah, dengan 56,200 mobil baru terjual,” terang SMM.
IM mulai Meningkatkan Skala
Statistik menunjukkan bahwa dalam 11 bulan pertama, IM mencapai penjualan 58 ribu unit, naik 106,5 persen YoY. Saat ini, IM sedang merencanakan peluang pasar dan jalur teknis di segmen MPV dan SUV menengah hingga besar. Pada 2025, IM berencana meluncurkan empat produk baru, termasuk dua model listrik murni dan dua model dengan jangkauan diperpanjang.
Diperkirakan penjualan bulanan yang melebihi 10 ribu unit hanya akan menjadi awal, dan penjualan IM pada 2025 diperkirakan akan berkinerja baik.
Sebagai raksasa otomotif, kinerja tertinggal SAIC selama dua tahun terakhir, terutama disebabkan oleh ketidakmampuannya beradaptasi dengan “ritme era” baru. Di era kendaraan berbahan bakar, norma industri mengalami “pembaruan kecil setiap tiga tahun, dan pembaruan besar setiap tujuh tahun.”
“Namun, di era Neighborhood Electric Vehicle/NEV (kendaraan Listrik untuk lingkungan sekitar), pembaruan terjadi sekitar setiap enam bulan, dengan kecepatan iterasi yang jauh lebih cepat,” pungkas SMM.
Sebelumnya, General Manager SAIC Volkswagen, Jianxu Jia secara terbuka mengakui bahwa pihaknya saat ini masih melakukan pengembangan secara berurutan, sehingga banyak hal menjadi lambat. Namun, setelah melalui “periode adaptasi” selama beberapa tahun terakhir, SAIC tampaknya mulai beradaptasi dengan ritme era NEV.
Misalnya, pada Oktober 2024, IM meluncurkan IM AD NOA kota tanpa peta secara nasional, menjadikannya perusahaan keempat di industri yang mencapai “ketersediaan nasional” NOA kota tanpa peta. Dilihat dari kemajuan saat ini, setelah menghadapi tantangan berat pada 2024,SAIC diperkirakan akan bangkit kembali pada 2025.
Tekanan Pasar Otomotif dari Eropa
Di tengah BYD dan SAIC bersaing dalam produksi dan penjualan otomotif, Uni Eropa memperkenalkan kebijakan baru terhadap perdagangan kendaraan yang memasuki pasar Eropa. Tak dipungkiri, Eropa menjadi medan strategis bagi produsen mobil Tiongkok.
Namun, serangkaian langkah perdagangan dan regulasi yang baru-baru ini diperkenalkan oleh Uni Eropa tentu menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi produsen mobil Tiongkok yang memasuki pasar Eropa. Mulai dari tekanan biaya akibat tarif tinggi hingga hambatan kepercayaan terhadap merek baru di kalangan konsumen, serta kesulitan dalam produksi lokal dan standardisasi infrastruktur, ekspansi produsen mobil Tiongkok di Eropa tidak lagi sekadar masalah ekspor produk, tetapi merupakan persaingan menyeluruh yang melibatkan rantai industri, kekuatan merek, dan koordinasi kebijakan.
SMM menganalisis, kebijakan tarif anti-subsidi Uni Eropa, yang diterapkan pada Oktober 2024, telah menjadi tantangan utama bagi produsen mobil Tiongkok yang memasuki Eropa. Tarif ini dapat mencapai hingga 45,3 persen, bakal memberikan dampak signifikan secara langsung pada pasar.
Menurut data dari Biro Statistik Perdagangan Uni Eropa, disampaikan SMM, ekspor kendaraan listrik Tiongkok ke Eropa turun 23 persen secara bulanan pada bulan pertama setelah kebijakan tersebut berlaku. Angka ini mencerminkan kekhawatiran mendalam Uni Eropa terhadap pesatnya pertumbuhan industri kendaraan listrik Tiongkok.
Namun, tarif hanyalah salah satu aspek dari hambatan kebijakan. Dalam hal standard teknis dan sertifikasi, perusahaan Tiongkok menghadapi tantangan yang lebih berat. Sistem sertifikasi Uni Eropa terkenal akan ketatnya, dengan model mobil baru biasanya membutuhkan waktu 18–24 bulan untuk menyelesaikan proses aplikasi dan sertifikasi, di mana harus melewati lebih dari 300 uji teknis yang ketat.
“Proses ini tidak hanya memakan waktu, tetapi juga menimbulkan biaya tinggi, dengan biaya sertifikasi untuk setiap model mobil biasanya berkisar antara 1,5 hingga 2 juta euro,” terang SMM.
Sebagai tanggapan terhadap tantangan ini, perusahaan Tiongkok secara aktif menyesuaikan strategi mereka. BYD memilih untuk mendirikan lokasi produksi di Hongaria, sementara NIO telah mendirikan pusat R&D di Jerman. Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa perusahaan Tiongkok memanfaatkan produksi lokal untuk menghindari beberapa hambatan perdagangan.
“Sementara itu, semakin banyak perusahaan Tiongkok yang secara proaktif mendirikan pusat teknologi di Eropa dan membangun kemitraan jangka panjang dengan badan sertifikasi lokal untuk mempersiapkan evolusi standard di masa depan,” urai SMM.
Selain munculnya kebijakan baru Eropa tersebut, SMM juga mengungkap tantangan lain yang dihadapi produsen mobil Tiongkok. Menurut SMM, pengakuan dan loyalitas konsumen Eropa terhadap merek mobil sering kali berakar pada sejarah dan kualitas. Merek Tiongkok di Eropa menghadapi tidak hanya masalah harga dan teknologi, tetapi juga tugas penting untuk mendapatkan kepercayaan konsumen.
Menurut SMM, saat ini, banyak konsumen Eropa masih meragukan kualitas dan daya tahan merek Tiongkok. Stereotip tertentu dan masalah asimetri informasi telah menyebabkan penundaan dalam keputusan pembelian. Selain itu, jaringan purna jual yang sepenuhnya berkembang belum terbentuk. (Rif)