Jakarta,corebusiness.co.id-Perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan otomatisasi semakin mendominasi agenda global, dengan proyeksi bahwa 90 persen aplikasi perusahaan akan mengadopsi AI pada akhir tahun ini. Potensi besar bagi perusahaan penyedia jasa digitalisasi.
AI adalah sistem yang dapat memahami, belajar, dan berpikir layaknya manusia dalam beberapa aspek, seperti mengenali pola, membuat prediksi, dan menyelesaikan masalah kompleks. Penggunaan AI sudah sangat luas dalam berbagai bidang, termasuk bisnis, kesehatan, dan hiburan.
Seperti diberitakan, SMBC Indonesia Tech Connect baru-baru ini menyoroti penerapan AI di di Indonesia, muncul kekhawatiran atas hilangnya lapangan kerja mencapai 77.999 posisi di sektor teknologi sepanjang 2025. AI telah menyerap 76.440 posisi global pada 2025, terutama di bidang layanan pelanggan (80 persen risiko otomatisasi) dan entri data.
Di sektor teknologi, 92 persen pekerjaan IT berisiko transformasi, dengan pemangkasan tenaga kerja mencapai 41 persen di kalangan pemberi kerja dunia dalam lima tahun ke depan.
Menurut laporan UiPath, agen AI otonom kini menjadi fondasi operasional, memungkinkan perusahaan merevolusi model bisnis mereka melalui kolaborasi antara manusia dan mesin. Selain itu, hyperautomation—kombinasi AI, machine learning, dan robotic process automation—diprediksi akan mengotomatisasi proses end-to-end, meningkatkan produktivitas hingga lima kali lipat di infrastruktur data streaming.
Membuncahnya penggunaan AI dan otomatisasi saat ini, semakin membuka peluang bisnis di sektor digitalisasi. Terlebih bagi perusahaan yang sudah lebih dulu mengorbit di ranah ini, tinggal menjaga eksisistensi diri.
PT DCI Indonesia Tbk (DCI) adalah perusahaan terkemuka penyedia data center di Indonesia. Didirikan tahun 2011, DCI adalah enabler bagi komunitas bisnis yang menyediakan layanan infrastruktur cloud and carrier-neutral data center yang andal di Indonesia.
Miliarder Indonesia Versi Forbes
Permintaan yang meningkat pesat untuk pusat data menyebabkan saham DCI meroket, mendorong kedua pendirinya, Otto Toto Sugiri dan Marina Budiman, masuk ke dalam sepuluh besar orang terkaya di Indonesia versi Forbes. DCI peraih keuntungan persentase terbesar tahun ini dan muncul di peringkat ke-6 dengan total kekayaan $11,3 miliar. Pendiri ketiga, Han Arming Hanafia, naik 38 peringkat ke peringkat ke-12 dengan kekayaan $5,3 miliar.
Menukil dari laman DCI Indonesia, pada 3 Juni 2025 secara resmi meluncurkan JK6, sebagai pusat data kedelapan perusahaan, berlokasi di Kampus DCI-H1 di Cibitung, Jawa Barat. Dengan kapasitas 36 megawatt, JK6 adalah pusat data tunggal terbesar yang dibangun di Indonesia. Ini menjadikan total kapasitas DCI menjadi 119 MW di tiga lokasi, dan merupakan respons nyata terhadap meningkatnya permintaan Indonesia akan infrastruktur digital yang andal, aman, dan terukur.
Peluncuran JK6 menegaskan kembali ambisi DCI untuk menjadi penggerak ekosistem digital dan AI di Asia Tenggara. JK6 kini beroperasi penuh, dan telah mulai melayani penyedia layanan cloud global utama.
JK6 menetapkan standar baru di pusat data kolokasi Indonesia dengan kapasitas 36 megawatt yang siap untuk AI melalui sistem pendingin cairnya—dirancang untuk mendukung kebutuhan komputasi berkinerja tinggi.
Dibangun selama lebih dari 3 juta jam kerja oleh 8.000 talenta lokal, proyek ini mencerminkan kekuatan keahlian lokal untuk menghadirkan fasilitas berstandar global. JK6 mewakili kemajuan yang stabil bagi infrastruktur digital Indonesia dan memperkuat posisi DCI sebagai pemain terkemuka baik secara nasional maupun regional.
“Kami telah membuktikan bahwa Indonesia dapat memimpin industri pusat datanya sendiri bersama pemain global. Pusat data kami dikembangkan dengan 100 persen keahlian lokal, namun memenuhi harapan klien internasional. Fasilitas DCI merupakan fondasi nasional untuk membangun ekosistem digital dan AI lokal yang kuat,” kata Pendiri dan CEO DCI Indonesia, Toto Sugiri saat peluncuran JK6.
Selain DCI, saham Elang Mahkota Teknologi yang dikenal sebagai Emtek milik Eddy Kusnadi, ikut naik hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu. Meroketnya saham Emtek sebagian karena antisipasi investor terhadap IPO Super Bank Indonesia yang telah lama ditunggu-tunggu pada Desember 2025, di mana Emtek memiliki sekitar sepertiga saham. (Rif)