Perubahan Sistemik
Dharma menyebutkan, melalui inovasi ini, perubahan sistemik juga tercipta di berbagai aspek. Pertama, dari sisi intelektual. Kelompok telah memiliki legalitas usaha berupa NIB, PIRT, sertifikat halal, dan sertifikat Paten.
Kedua, secara individual. Masyarakat memiliki kapasitas mengolah limbah pertanian, peternakan, dan limbah sawit menjadi pupuk organik serta pestisida nabati.
Ketiga, dari aspek sosial. Kelompok berkembang menjadi pusat pembelajaran melalui learning center pertanian.
Keempat, secara kultural. Dua tradisi lokal, Mapulus dan Tasyukuran Tanam Panen, tetap dilestarikan sebagai bagian dari aktivitas pertanian.
Kelima, dari sisi lingkungan dan infrastruktur. Masyarakat kini mampu mengolah sekitar lima ton limbah per tahun serta 2,4 ton limbah sawit dan kayu, didukung oleh keberadaan PLTS, alat asap cair, alat pengering, rumah budidaya jamur tiram, dan instalasi hidroponik.
“Selain itu, berkat program PELITA BUWANA petani bisa menghemat biaya pembelian pupuk sebesar Rp37,5 juta per tahun, pestisida Rp18 juta per tahun, serta penghematan media tanam hidroponik Rp1,5 juta per tahun,” ujar Dharma.
Program ini juga dirancang berkelanjutan melalui regenerasi kepemimpinan lokal dengan hadirnya Choirul Munasikin. Beliau adalah petani hortikultura dengan pengalaman lebih dari 20 tahun yang kini menjadi Ketua Kelompok ECO-STEP.
“Inovasi ini lahir dari kolaborasi antara perusahaan dan masyarakat, termasuk peran aktif perempuan seperti Mardiyah dan anggota lainnya dalam penguatan kelompok,” imbuhnya.
Dharma menerangkan, secara keseluruhan, capaian kompas keberlanjutan (sustainability compass) menunjukkan penurunan biaya kebutuhan pertanian hingga Rp57 juta per tahun, peningkatan pendapatan anggota rata-rata Rp250 ribu per orang per bulan, terbukanya lapangan kerja baru di sektor pertanian dan peternakan, serta terbentuknya pusat berbagi pengetahuan bagi masyarakat Desa Tanah Datar.
Dari aspek lingkungan, kata dia, program ini mampu mengolah 31 ton limbah organik dan 120 kilogram limbah anorganik per tahun. Sementara dari sisi kesejahteraan, 43,3 persen penerima manfaat langsung merupakan perempuan, mencerminkan komitmen PEP Sangatta Field dalam menghadirkan inovasi sosial yang inklusif, berdampak, dan berkelanjutan.
Menurutnya, inovasi yang dikemas dalam Program PELITA BUAWANA turut mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan sesuai amanat Asta Cita melalui pengembangan metode pertanian yang berkelanjutan. (Rif)