Kebutuhan Listrik
Melati melanjutkan, Inalum dan MIND ID telah menyiapkan road map secara komprehensif dari hulu hingga hilir untuk rantai pasok aluminium. Saat ini, bauksit, sebagai bahan baku aluminium, masih disuplai PT Aneka Tambang (Antam) sebagai sister company Inalum.
“Ke depan, MIND ID memandatori Inalum untuk membuka diri bisa masuk ke ranah tambang bauksit. Tujuannya, untuk memastikan supply chain dari bauksit ke aluminium bisa dicapai secara independen,” ujarnya.
Melati mengatakan, saat ini bahan baku bauksit diproses di SGAR fase 1 dengan kapasitas 1 juta ton alumina, dan ditargetkan COD-nya pada akhir 2025. Kemudian, SGAR fase 2 produksinya juga ditargetkan 1 juta ton alumina.
Ia memperkirakan kebutuhan listrik untuk menggerakkan operasional SGAR fase 1 dan SGAR fase 2 sekitar 932 MW.
“Perkiraan kami kebutuhan listriknya 932 MW. Kapasitas hitungan kita saat ini internally kapasitas terpasang itu 1,2 gigawatt (GW), karena harus ada satu unit yang standby untuk memastikan availability 100 persen selama 360 hari per tahun,” paparnya.
Menurutnya, musuh terbesar dalam mengoperasikan smelter adalah listrik padam. Sebab, jika pasokan listrik terhenti smelter tidak dapat melakukan pemulihan atau recovery. Karena itu, ia berharap dukungan penuh terkait pasokan listrik.
Melati juga menyampaikan bahwa unit pembangkit listrik untuk proyek ini sejatinya tidak termasuk dalam capex Inalum. Sehingga, perusahaan hanya bergantung pada pasokan listrik yang berasal dari PLN atau Independent Power Producer (IPP). Karena Inalum ingin pembangunan pembangkit itu bisa menjadi captive source untuk smelter.
Selain proyek di Kalbar, perusahaan juga menyiapkan ekspansi smelter aluminium di Kuala Tanjung melalui pembangunan potline keempat. Menyoal kebutuhan listrik untuk wilayah ini sepenuhnya bergantung pada kapasitas produksi.
Misalnya saja pada 2029, tambahan listrik yang dibutuhkan mencapai 209 MW, bersamaan dengan beroperasinya new potline. Kemudian pada 2030 kebutuhan pasokan listrik naik menjadi 232 MW menyusul upgrade potline ketiga.
Melati mengestimasi, ketika smelter itu kapasitas produksinya mencapai di 520 ribu ton, maka kebutuhan listrik menjadi 406 MW. Tapi angka ini, menurutnya, berdasarkan kenaikan dari 275 menjadi 520, subject to availability listrik di Sumatera Utara. (Rif)