
Jakarta,corebusiness.co.id -Tiongkok pada Kamis ini (12/6/2025), menegaskan kesepakatan perdagangan yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump, dengan mengatakan kedua belah pihak perlu mematuhi konsensus.
Kesepakatan tersebut, yang dicapai setelah Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping berbicara melalui telepon minggu lalu, membawa gencatan senjata yang rumit dalam perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia.
“Tiongkok selalu menepati janjinya dan memberikan hasil. Sekarang, setelah konsensus tercapai, kedua belah pihak harus mematuhinya,” tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, pada konferensi pers, seperti dikutip Reuters.
Panggilan telepon Trump-Xi mengakhiri kebuntuan yang berkobar hanya beberapa minggu setelah kesepakatan awal dicapai di Jenewa. Panggilan telepon itu segera diikuti oleh pembicaraan lebih lanjut di London yang menurut Washington telah “memberikan dasar” bagi perjanjian Jenewa untuk meringankan tarif pembalasan bilateral.
Kesepakatan Jenewa itu goyah, karena pembatasan ekspor mineral oleh Tiongkok yang terus berlanjut. Sikap Tiongkok mendorong pemerintahan Trump membalas dengan aksi balasan pengontrolan ketat untuk mencegah pengiriman perangkat lunak desain semikonduktor, mesin jet untuk pesawat buatan Tiongkok, dan barang-barang lainnya ke Tiongkok.
Rabu kemarin, Trump mengatakan bahwa ia sangat senang dengan kesepakatan perdagangan itu. “Kesepakatan kita dengan Tiongkok sudah selesai, tergantung persetujuan akhir dengan Presiden Xi dan saya,” kata Trump di Truth Social.
Trump memastikan Tiongkok akan kembali memasok di muka bahan baku magnet dan tanah jarang yang diperlukan industri AS.
“Demikian pula, kami akan menyediakan kepada Tiongkok apa yang telah disetujui, termasuk mahasiswa Tiongkok yang menggunakan perguruan tinggi dan universitas kami (yang selalu baik bagi saya!). Kami mendapatkan total tarif 55 persen, Tiongkok mendapatkan 10 persen,” lanjut Trump.
Namun, Trump tidak spesifik menyampaikan rincian spesifik waktu realisasi dari kesepakatan terbaru dan rincian tentang bagaimana hal itu akan dilaksanakan.
Seorang pejabat Gedung Putih menjelaskan, angka 55 persen tersebut merupakan jumlah dari tarif “timbal balik” dasar 10 persen yang telah diberlakukan Trump pada barang-barang yang diimpor dari hampir semua mitra dagang AS, 20 persen pada semua impor Tiongkok yang terkait dengan tuduhannya bahwa Tiongkok tidak berbuat cukup banyak untuk membendung aliran fentanil ke AS, dan pungutan 25 persen yang sudah ada sebelumnya pada impor dari Tiongkok yang diberlakukan selama masa jabatan presiden pertama Trump.
Kementerian Perdagangan Tiongkok, ketika ditanya tentang pembatasan ekspor tanah jarang, mengatakan akan terus memperkuat proses pemeriksaan dan persetujuan, tetapi menolak untuk mengungkapkan berapa banyak lisensi yang akan disetujui minggu ini.
“Tiongkok bersedia untuk lebih meningkatkan komunikasi dan dialog tentang pengendalian ekspor dengan negara-negara terkait, dan mempromosikan fasilitasi perdagangan yang patuh,” kata Juru Bicara Kementerian, He Yadong dalam konferensi pers rutin. (CB)