Moskow,corebusiness.co.id-Rusia terus berusaha membujuk Tiongkok dan India menjalin kerja sama kontrak pembelian minyak dan gas dari Rusia. Sementara Amerika Serikat (AS) menggunakan senjata pamungkas sanksi tarif impor tinggi terhadap Tiongkok dan India, jika masih impor migas dari Rusia.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak mengatakan, Rusia melihat peluang untuk meningkatkan ekspor minyak ke Tiongkok dan memperdalam kerja sama pasokan gas alam cair.
“Kami melihat prospek peningkatan pasokan minyak ke Tiongkok melalui jalur pipa dan laut,” Novak dalam forum bisnis Tiongkok-Rusia di Beijing, Selasa (25/11/2025).
Novak mengatakan bahwa Rusia telah berdiskusi dengan mitra Tiongkok mengenai kemungkinan perluasan ekspor minyak ke Tiongkok. Ia menyebutkan bahwa perjanjian antarpemerintah memungkinkan perpanjangan jangka waktu pasokan minyak ke Tiongkok melalui Kazakhstan selama 10 tahun hingga 2033.
“Rusia adalah pemasok minyak dan gas yang andal bagi Tiongkok. Kami akan terus aktif berupaya memperluas kerja sama energi sebagai bidang kemitraan utama antara kedua negara,” ujar Novak dalam pertemuan tersebut.
Rusia juga telah aktif bekerja sama dengan Tiongkok dalam produksi dan ekspor gas alam cair melalui laut.
Diberitakan Reuters, perusahaan energi negara Tiongkok, CNPC, memiliki 20 persen saham di kilang LNG Yamal Rusia, sementara Silk Fund memiliki 9,9 persen saham di proyek yang dipimpin Novetek.
Tiongkok menerima kargo LNG pertamanya dari proyek Rusia yang dikenai sanksi tersebut pada akhir Agustus, beberapa hari sebelum pertemuan antara Putin dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping
“Di tengah tantangan eksternal, sangat penting untuk terus, melalui upaya bersama, menciptakan kondisi yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek bersama,” ujar Novak dalam forum tersebut.
Impor Minyak India Turun Drastis
Selain Tiongkok, India merupakan pembeli utama minyak Rusia sejak dimulainya kampanye militer Rusia di Ukraina pada Februari 2022. Tiongkok mengimpor sekitar 1,4 juta barel minyak Rusia per hari melalui jalur laut dan sekitar 900.000 barel per hari melalui pipa.
Diskon lebih besar dibandingkan harga minyak internasional, menjadi daya pikat Rusia kepada mitra-mitranya, utamanya Tiongkok dan India.
Jika Tiongkok hingga saat ini masih lancar Impor minyak Rusia, India mulai berhati-hati. Impor minyak Rusia di India diperkirakan mencapai titik terendah pada November 2025. Melambatnya impor minyak ini karena para penyuling beralih ke alternatif lain untuk menghindari sanksi tarif resiprokal dari AS dan tekanan dari Barat.
Inggris, Uni Eropa, dan Amerika Serikat telah memperketat sanksi terhadap Moskow terkait perang di Ukraina, dengan langkah-langkah terbaru Washington menargetkan produsen-produsen utama dari dua kilang besar Rusia, yakni Rosneft dan Lukoil.
Para pembeli minyak Rusia memiliki waktu hingga 21 November untuk mengakhiri transaksi dengan kedua perusahaan minyak tersebut.
Secara terpisah, Uni Eropa telah menetapkan batas waktu 21 Januari 2026, setelah itu mereka akan menolak bahan bakar dari kilang-kilang yang menangani minyak mentah Rusia dalam waktu 60 hari sejak tanggal bill of lading.
“Pengawasan bank setelah sanksi terbaru AS telah membuat kilang-kilang minyak milik negara India sangat berhati-hati,” kata salah satu sumber dari perusahaan kilang minyak India kepada Reuters. (Rif)