
Setelah panggilan telepon tersebut, Trump mengatakan Xi telah setuju untuk melanjutkan pengiriman mineral dan magnet tanah jarang ke AS, dan Reuters melaporkan bahwa Tiongkok telah memberikan lisensi ekspor sementara kepada pemasok tanah jarang dari tiga produsen mobil teratas AS.
Namun, ketegangan tetap tinggi terkait kontrol ekspor, setelah pabrik-pabrik di seluruh dunia mulai khawatir bahwa mereka tidak memiliki cukup bahan yang dibutuhkan untuk terus beroperasi.
Industri Otomotif di Luar China Panik
Diakui pelaku industri otomotif, saat ini mereaka sangat membutuhkan tanah jarang untuk bahan baku produksi kendaraan mereka. CEO Mangnosphere, produsen magnet asalah Jerman, Frank Eckard, misalnya, mengungkapkan dirinya telah menerima banyak panggilan telepon dalam beberapa minggu terakhir. Produsen mobil dan pemasok suku cadang sedang cemas, kata Eckard, sedang berusaha keras mencari sumber magnet alternatif, yang jumlahnya terbatas karena pembatasan ekspor dari Tiongkok.
Beberapa orang mengatakan kepada Eckard bahwa pabrik mereka dapat berhenti beroperasi pada pertengahan Juli tanpa pasokan magnet cadangan. “Seluruh industri mobil sedang panik. Mereka bersedia membayar tanag jarang berapa pun harganya,” kata Eckard.
Para eksekutif mobil sekali lagi dipaksa bekerja keras, khawatir bahwa kontrol ekspor ketat Tiongkok terhadap magnet tanah jarang – yang sangat dibutuhkan untuk membuat mobil– dapat melumpuhkan produksi. Industri khawatir bahwa sulitnya mendapat bahan baku tanah jarang dapat mengakibatkan guncangan rantai pasokan besar ketiga dalam lima tahun.
Kekurangan semikonduktor menghapus jutaan mobil dari rencana produksi produsen mobil, dari sekitar tahun 2021 hingga 2023. Sebelumnya, pandemi virus corona pada tahun 2020 menutup pabrik selama berminggu-minggu. Krisis tersebut mendorong industri untuk memperkuat strategi rantai pasokan.
Para eksekutif telah memprioritaskan persediaan cadangan untuk komponen-komponen utama dan mengkaji ulang penggunaan persediaan tepat waktu, yang menghemat uang tetapi dapat membuat mereka tidak memiliki persediaan saat krisis terjadi.
Dalam industri otomotif, dasar logam tanah jarang digunakan untuk bahan baku komponen seperti kaca spion, speaker stereo, pompa oli, wiper kaca depan, dan sensor kebocoran bahan bakar serta sensor pengereman.
“Tiongkok mengendalikan hingga 70 persen penambangan logam tanah jarang global, 85 persen kapasitas penyulingan, dan sekitar 90 persen produksi logam paduan dan magnet logam tanah jarang,” kata konsultan Alix Partners, seperti dikutip Reuters.
Menurut Badan Energi Internasional, rata-rata kendaraan listrik menggunakan sekitar 0,5 kg (lebih dari 1 pon) unsur tanah jarang, dan mobil berbahan bakar fosil hanya menggunakan setengahnya.
Tiongkok telah melakukan tindakan keras sebelumnya, termasuk dalam perselisihan tahun 2010 dengan Jepang, di mana negara itu mengekang ekspor logam tanah jarang. Jepang harus mencari pemasok alternatif, dan pada tahun 2018, Tiongkok hanya menyumbang 58 persen dari impor logam tanah jarangnya.